Selasa, 16 Agustus 2011

Laba Indosat naik 137,5% di semester I

Laba Indosat naik 137,5% di semester I
JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 137,5% sepanjang semester pertama 2011. Di periode tersebut, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan mencapai Rp 681,9 miliar. Bandingkan dengan laba di semester satu 2010 lalu yang sebesar Rp 287,1 miliar.

Padahal beban usaha perusahaan telekomunikasi ini naik 8,1% dibanding beban usaha di enam bulan pertama 2010 menjadi Rp 8,713 triliun. Selain itu, pendapatan ISAT hanya naik 4% menjadi Rp 10,04 triliun.

Rinciannya, bisnis seluler menyumbang pendapatan sebesar Rp 8,23 triliun, naik sekitar 6,3% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan bisnis non seluler menyumbang pendapatan Rp 1,83 triliun, atau turun 5,3%.

Manajemen ISAT menjelaskan kenaikan laba didukung oleh naiknya laba atas selisih kurs dan turunnya beban pendanaan perseroan.”Utang perseroan sudah turun sekitar 11% dari tahun lalu, kami sudah melunasi sekitar tujuh fasilitas pinjaman,” beber Harry Sasongko, Presiden Direktur ISAT, Senin (15/8).

Total utang ISAT di paruh pertama tahun ini mencapai Rp 22,07 triliun. Jumlah ini turun 10,7 % dari periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp 24.70 triliun.

ISAT telah melunasi utang obligasi Indosat IV, obligasi syariah dan pinjaman dari beberapa institusi keuangan. Nilai utang yang sudah dilunasi sekitar Rp 1,1 triliun dan US$ 150,3 juta. Semuanya merupakan utang yang jatuh tempo tahun ini.

Operator seluler pengelola merek Mentari dan IM3 ini juga mencatatkan pertumbuhan pelanggan seluler. Di semester satu jumlah pelanggan seluler ISAT mencapai 47,3 juta pelanggan, atau naik 25,1%.

Namun pelanggan wireless broadband turun 32,6% jadi 506.800 pelanggan. Pelanggan layanan fixed wireless acces (FWA) juga turun 49,7% menjadi 350.500 pelanggan. Hal ini mengakibatkan average revenue per user (ARPU) juga turun 15,6% menjadi Rp 29.290. Sementara, meski jumlah pelanggan FWA turun, ARPU FWA justru naik 59,8% jadi Rp 29.349.

ISAT menargetkan pendapatan tahun ini bisa tumbuh minimal sama dengan pertumbuhan industri telekomunikasi, yaitu sebesar 7%-8%. Sayang, ISAT tidak bersedia menyebut target laba di 2011. Yang jelas, “Di kuartal III dan IV kami harapkan kinerja lebih baik, kami akan mengusahakan penurunan beban usaha bisa mencapai 10%-15%,” kata Harry.

Akhmad Nurcahyadi, Analis BNI Securities, menilai kinerja ISAT di semester dua 2011 bisa lebih lebih baik ketimbang kinerja di paruh pertama tahun ini. Pasalnya, banyak momen yang bisa dimanfaatkan untuk menggenjot pendapatan. "Mereka bisa memanfaatkan lebaran dengan menggenjot promosi dan program-program, tapi itu bergantung pada perseroan," kata dia.

Proyeksi Akhmad terkait kinerja ISAT tidak jauh berbeda dengan target perseroan ini. Ia memperkirakan pertumbuhan pendapatan perseroan tidak akan jauh berbeda dengan industri telekomunikasi. "Bisa bertumbuh setengah dari 7%-8% saja sudah cukup bagus," paparnya.

Flexi dan StarOne

Selain itu, Harry mengaku sudah mendengar soal ketertarikan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menggabungkan anak usaha masing-masing perseroan, yakni Telkom Flexi dan StarOne. Namun, ia menegaskan rencana tersebut saat ini masih wacana. "Hingga kini belum ada pembicaraan," paparnya.

Apalagi, menggabungkan Telkom Flexi dan StarOne bukan perkara gampang. Sebab, kedua merek operator seluler CDMA tersebut bekerja di frekuensi yang berbeda.

Tapi beberapa waktu yang lalu Direktur Utama TLKM Rinaldi Firmansyah mengaku sudah mengungkapkan niat tersebut ke manajemen ISAT. “Sekarang mereka bilang mau, dan TLKM berminat. Jadi kami akan buka pembicaraan,” kata Rinaldi. Tapi TLKM belum memutuskan apakah penggabungan usaha tersebut melalui merger atau akuisisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar