Rabu, 02 November 2011

Inilah Strategi Trading Rabu (2/11)

INILAH.COM, Jakarta – Koreksi IHSG sebesar 2,79% kemarin dinilai wajar setelah mengalami kenaikan sepektakuler bulan lalu. Inilah arah IHSG berikutnya dan strategi trading-nya.

Pada perdagangan Selasa (1/11), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 105,84 poin (2,79%) ke level 3.685,012. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang turun 21,77 poin (3,22%) ke angka 653,806.

Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, secara grafik, tren bursa saham Eropa seperti Jerman, London, dan Perancis, masih naik. Tapi, untuk jangka pendek, sedang mengalami profit taking meskipun potensi penurunan jangka pendek sudah terbatas.

Pasalnya, menurut Irwan, beberapa indikator sudah menunjukkan jenuh jual sehingga potensial aksi beli dengan pola buy on weakness. “Karena itu, penurunan IHSG dan market global kemarin sangat wajar setelah kenaikan spektakuler selama Oktober 2011,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (1/11).

Menurutnya, selama Oktober, Dow Jones mencapai level tertingginya 12.200 dan level terendah 10.400. Artinya, pada bulan lalu, Dow sudah menguat 1.800 poin atau 17,3%. Begitu juga dengan IHSG yang selama Oktober naik dari level terendahnya 3.256 ke level tertingginya 3.875. Artinya, kenaikan IHSG signifikan 619 poin atau 19,01%.

Karena itu, ia menambahkan, terjadinya profit taking atau cooling down merupakan hal yang wajar. Apalagi, beberapa indikator, juga menunjukkan bahwa IHSG butuh cooling down terlebih dahulu tapi tidak mengubah tren jangka menengah yang cenderung naik.

Lebih jauh, Irwan menyarankan pada pasar untuk mencermati data Manufaktur AS yang dirilis semalam. Sebab, rata-rata bursa Eropa melemah di atas 3% kemarin. Angka manufaktur AS sudah diprediksikan naik jadi 52,1 dari bulan sebelumnya 51,6. “Jika angkanya dirilis sesuai ekspektasi, pelemahan Dow Jones akan terbatas,” ujarnya.

Jika sebaliknya, dirilis turun jauh di bawah 52,1 - apalagi di bawah 50 - justru Dow Jones bisa turun lebih dalam alias ‘nyungsep’. Secara grafik, volume perdagangan Dow Jones dan bursa Eropa sangat terbatas. “Tapi, jika data manufaktur AS berada di bawah ekspektasi, level support-nya bisa jebol,” timpalnya.

Jika sesuai dengan ekspektasi analis, lanjutnya, Dow Jones hanya menguji support untuk kemudian balik arah menguat. Tapi, jika dirilis di atas ekspektasi 52,1, Dow seharusnya rally dengan cepat.

Level support IHSG sendiri tetap di level 3.620 (pertama) dan support kedua 3.580. Pada level-level tersebut cenderung kuat adanya buying power. “Tapi, jika semalan Dow Jones ditutup positif akibat positifnya data makro ekonomi, bukan tidak mungkin, IHSG mengalami kenaikan,” timpalnya.

Apalagi, dengan penurunan kemarin yang sudah signifikan. Dia menegaskan, jika Dow Jones positif, jadi kesempatan bagi pasar untuk berburu saham-saham yang sudah murah. “Sebab, secara tren, IHSG masih bullish untuk jangka menengah,” ujarnya.

Sementara itu, resistance indeks masih jauh di level 3.875. Tapi, untuk resistance Rabu (2/11) ini, berada di level 3.744.

Ia menegaskan, Jika data manufaktur AS tidak negatif signifkan atau inline dengan ekspektasi, pasar bisa masuk saat IHSG di level 3.580 dan 3.620. Angka ini bisa terjadi jika Dow Jones ditutup negatif. Tapi, jika manufaktur AS dirilis di atas prediksi analis dan Dow Jones ditutup positif, bisa berburu saham pada level penutupan IHSG kemarin 3.685-an atau saat naik 1% di atas penutupan kemarin.

Sebab, IHSG sudah melemah tejam dari puncaknya 3.875 ke level 3.685 sehingga ada godaan untuk bargain hunter.

Ditanya soal referendum Yunani, Irwan menilai, tidak akan berpengaruh banyak pada IHSG hari ini. Sebab, agenda tersebut masih lama - dalam hitungan bulan. Jadi, sebelum Yunani referendum, bisa jadi alasan untuk profit taking karena memang market butuh koreksi sehat. “Karena itu, volatilitas market cukup tinggi,” ucapnya.

Dalam situasi indeks yang sudah hampir melemah 200 poin (tepatnya 190) ini dari level puncaknya, menurutnya, beberapa saham potensial technical rebound. Menurutnya, saham-saham bleuchip lebih aman dan sangat menarik terutama di sektor perbankan. Begitu juga dengan saham di sektor properti dan tambang.

Tapi, jika mau spekulatif bisa dipilih saham yang pavorit pasar dan berfundamental baik pada saham-saham secondliner seperti PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) dan PT Clipan Finance Indonesia (CFIN).

Saham-saham pilihannya di sektor perbankan adalah PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI) dan PT Bank Negara Indoensia (BBNI). Saham-saham tambang juga sudah mulai menarik seperti PT Timah (TINS), PT Aneka Tambang (ANTM) dan PT Borneo Lumbung Energi (BORN).

Di sektor properti, PT Alam Sutera Realty (ASRI) dan PT Bukit Sentul City (BKSL). Yang sedikit spekulatif juga saham-saham di grup Bakrie seperti PT Energi Mega Persada (ENRG) dan PT Bumi Resources (BUMI). “Saya rekomendasikan buy on weakness jika tidak ada data yang negatif signifikan,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar