Rabu, 02 November 2011

Kejutan Referendum dari Yunani Juga Rontokkan Wall Street

New York - Kejutan rencana referendum Yunani ikut membuat Wall Street syok. Saham-saham kembali merosot ke titik terendahnya karena khawatir krisis di Eropa tidak akan terselesaikan, bahkan lebih buruk lagi akan meluas.

Perdana Menteri Yunani George Papandreou kemarin secara mengejutkan membuat pengumuman akan mengadakan referendum atas rencana penyelamatan dari Eropa yang bernilai 130 miliar euro. Yunani juga mengajukan rencana untuk penghapusan 50% dari utangnya yang maha besar.

Pengumuman itu langsung membuat bursa Yunani ambles, demikian pula saham-saham di bursa Eropa. Bursa Wall Street pun tak ketinggalan, merosot tajam setelah sebelumnya rebound ke titik terbaiknya dalam 20 tahun pada Oktober.

"Fakta bahwa kita mendapatkannya lagi secara cepat seperti yang terjadi dalam 2 hari terakhir itu sangat mengkhawatirkan," ujar Ari Wald, analis dari Brown Brothers Harriman seperti dikutip dari Reuters, Rabu (2/11/2011).

Analis mengatakan, jika pemilih Yunani menolak rencana bailout yng tidak populer itu, maka akan membuat 'gagal bayar berat' Yunani karena kerugian yang lebih besar dari perbankan dan meningkatkan ancaman risiko sistemik.

Pada perdagangan Selasa (1/11/2011), indeks Dow Jones industrial average ditutup merosot 297,05 poin (2,48%) ke level 11.657,96. Indeks Standard & Poor's 500 juga merosot 35,02 poin (2,79%) ke level 1.218,28 dan Nasdaq merosot 77,45 poin (2,89%) ke level 2.606,96.

Kejatuhan pasar saham terjadi dalam volume perdagangan yang cukup besar hingga 10,3 miliar lembar saham ditransaksikan di New York Stock Exchange. Indeks volatilitas juga melonjak 16% menjadi 34,77, tertinggi sejak pertengahan Oktober.

Sentimen negatif juga bertambah dari aktivitas manufaktur China yang melambat pada bulan Oktober. Indeks PMI China tercatat merosot menjadi 50,4 pada Oktober, dibandingkan 51,2 pada September.

Data ekonomi juga menunjukkan tingkat pertumbuhan sektor manufaktur AS melemah selama Oktober, meski ada perbaikan dari sisi permintaan baru sehingga menunjukkan ketangguhan di sektor ini.

"Jika kita dapat menjaga Eropa keluar dari headline dan Washington keluar dari headline namun fokus pada data ekonomi serta korporasi, maka kita akan memiliki bentuk yang baik," ujar Jon Canally, analis dan ekonom dari LPL Financial.

(qom/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar