Senin, 13 Juni 2011

Permintaan aset emerging market surut, rupiah tertekan pagi ini

Permintaan aset emerging market surut, rupiah tertekan pagi ini
JAKARTA. Sinyal pemulihan ekonomi global yang kehilangan momentum menyeret mata uang Garuda. Rupiah bergerak mundur dari dekat level terkuat tujuh tahun.

Rupiah melemah 0,1% ke level Rp 8.534 per dollar AS, pada pukul 10.07 di Jakarta. Pada 8 Juni lalu, nilai tukar rupiah menyentuh Rp 8.499 per dollar AS, yang merupakan level terkuatnya sejak Maret 2004.

Sinyal negatif pemulihan ekonomi menguatkan risk aversion di pasar, sehingga meredam permintaan terhadap aset emerging market. Pada pekan lalu, investor asing melepas saham lokal senilai US$ 186 juta, lebih dari jumlah yang mereka beli.

Profesor dari New York University Nouriel Roubini memprediksi, sebuah badai yang sempurna berasal dari kelemahan fiskal di AS, perlambatan ekonomi di China, restrukturisasi utang Eropa, dan stagnasi di Jepang yang dapat merusak ekonomi global. Pada 11 Juni kemarin, Roubini memprediksi terjadinya krisis keuangan global.

Kepala treasury PT Bank Resona Perdania Lindawati Susanto menyebut, krisis utang di Eropa belum berakhir, dan masih belum ada kepastian pada ekonomi AS. "Itu menyebabkan sentimen negatif. Apa yang mempengaruhi pasar regional, akan mempengaruhi rupiah juga," ujarnya.

Survei Bloomberg memprediksi, penjualan ritel di AS, akan turun 0,5% per Mei lalu. Padahal, AS tercatat sebagai pembeli ketiga terbesar ekspor non-migas dari Indonesia per April lalu.

Sementara, hari ini, harga obligasi pemerintah bertenor 10 tahun sedikit bergeser. Data Inter-Dealer Market Association menunjukkan, imbal hasil obligasi pemerintah yang jatuh tempo Juli2021 berada di level 7,37%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar