Senin, 13 Juni 2011

IHSG dalam Bahaya, Pegang 'Cash' Saja!

INILAH.COM, Jakarta – Laju IHSG pekan ini akan berada dalam tren bearish berbahaya setelah bursa regional dan global rontok akhir pekan lalu. Karena itu, tak satu pun saham mendapat rekomendasi positif.

Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, potensi bearish-nya indeks saham domestik pekan ini, salah satunya dipicu anjloknya bursa Dow Jones 172,45 poin (1,42%) ke level 11.951,90. Secara grafik, Dow berpeluang turun ke level support 11.548. Begitu juga dengan bursa Hang Seng dan Nikkei.

Menurutnya, selama tidak ada berita positif dari AS yang bisa men-trigger pergerakannya, market akan terus bearish. Negatifnya market bukan semata faktor teknikal, tapi juga didukung faktor fundamental.

Memang ada peluang kenaikan tipis 1-2%, tapi setelah itu akan turun lagi sebesar 3-5%. “Probabilitas untuk turun, jauh lebih besar dibandingkan probabilitas untuk naik,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (12/6).

Karena itu, Irwan memperkirakan, support indeks di level 3.760 berpeluang akan ditembus ke level 3.700 pekan ini. Sedangkan resistance berada di level 3.845. Pada perdagangan Jumat (10/6), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melamah 18,54 poin (0,49%) ke level 3.787,648.

Anjoknya bursa regional, lanjut Irwan, dipicu revisi turun atas pertumbuhan global setelah data-data ekonomi AS memburuk dua pekan terakhir. Apalagi, Quantitative Easing (Pelonggaran Kuantitatif / QE) tahap dua senilai US$600 miliar berakhir Juni 2011 ini. “Market belum tahu apakah akan ada QE ketiga atau tidak,” ujarnya.

Lalu, Eropa juga bermasalah dengan krisis utang di Yunani. Sedangkan berita positif sangat minim. Secara historis, lanjutnya, market akan terus bearish hingga pada akhirnya AS mengeluarkan QE jilid tiga.

Irwan menuturkan, negatifnya indeks manufaktur ISM AS pada Rabu (1/6) menunjukkan aktivitas ekonomi AS yang melemah. Akibatnya, AS bermasalah dari sisi non-farm payroll, jobless claim dan tingkat pengangguran yang meningkat ke level 9,1%. “Jika masyarakat AS sudah merasa ekonominya sulit ke depan, demand di pasaran berkurang,” ucapnya.

Apalagi, 60-70% ekonomi AS ditopang oleh belanja masyarakatnya. Jika daya beli tertahan, ekonomi AS berantakan. Kondisi itu bisa dilihat dari penurunan harga minyak ke level US$98per barel. “Koreksi ini, menandakan bahwa pasar memprediksi perlambatan ekonomi global,” ucapnya.

Dalam situasi ini, tak satupun saham mendapat rekomendasi positif dari Irwan Ariston. Menurutnya, saat ini lebih baik mengamankan aset hingga 100% dari portofolio yang dimiliki sehingga ancaman krisis kedua (double dip) tidak terjadi. “Berkaca pada krisis 2008, market turun 60-70% dari level tertingginya dalam 3 bulan,” imbuhnya.

Dihubungi terpisah, pengamat pasar modal David Cornelis mengatakan, kondisi fundamental maupun makro ekonomi tidak ada yang berubah dari dalam negeri dan cenderung positif. Karena itu, peluang koreksi market hanyalah sentimen negatif dari Wall Street, Eropa, dan regional yang sifatnya hanya sesaat.

Menurutnya, IHSG masih bertahan dalam trading range-nya 3.780-3.860 sejak 20 April lalu. Namun, pada Jumat (10/6), indeks mengakhiri negatif pergerakan sepekan laluhingga mendekati support trading range tersebut dan berhasil tutup di level 3.787,648. “Senin (13/6) ini menjadi hal yang kritis bagi IHSG untuk testing the support,” paparnya.

Market awal pekan, lanjut David, menguji apakah IHSG akan keluar dari trading range 3.780-3.860 selama sebulan terakhir atau tetap mempertahankan pergerakan di zona konsolidasinya.Tapi, dalam jangka pendek, IHSG masih bergerak 'sidelines' (flat). “Pekan ini, indeks akan bergerak dalam kisaran support 3.740 dan 3.838 sebagai level resistance-nya,” ucap David.

Konsolidasi setelah bergerak bullish hingga 20 April, dinilainya suatu hal yang wajar. Bergerak sideways setelah melakukan rally sejak 21 Maret. “Adapun akhir pekan lalu, IHSG menguji level support . Sekarang, apakah support trading range tersebut ditembus pekan ini atau tidak,” timpalnya.

Dia sendiri memperkirakan, dalam pekan ini ada ekspektasi indeks, untuk menembus trading range tersebut dengan support-nya di 3.767-3.740 dan resistance 3.815-3.838.Pelaku pasar dan para bargain hunter sudah siap untuk memanfaatkan momentum ini untuk melakukan selective buying pada saham-saham unggulan yang sudah berada dekat level supportnya.

Karena itu,lanjutnya, investor tidak perlu khawatir. Momentum ini, ketika market testing support pekan ini, justru harus dijadikan persiapan untuk re-entry market. “Apalagi, tidak ada berita yang negatif dari dalam negeri. Data inflasi dan BI rate di level 6,75% sangat kondusif bagi market,” tuturnya.

Berbeda dengan Irwan Ariston, David Cornelis justru merekomendasikan selective buying beberapa saham di sektor perkebunan, perbankan, properti, pertambangan batu bara dan sektor semen.

Saham-saham pilihannya adalah PT Astra Agro Lestari (AALI), PT Bank Negara Indonesia (BBNI), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bakrieland Development (ELTY), PT Tambang Bukit Asam (PTBA), PT Jasa Marga (JSMR) dan PT Semen Gresik (SMGR). “Saya rekomendasikan buy on weakness saham-saham tersebut,” imbuhnya. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar