Rabu, 03 Agustus 2011

ADRO Masih Berpeluang Menarik

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Saham PT Adaro Energy (ADRO) masih menyimpan potensi penguatan dan mendapat rekomendasi positif dari beberapa analis. Hal ini didukung ekspektasi kinerja yang memuaskan.

Analis Citi Indonesia masih memberi rekomendasi positif untuk saham Adaro. Saat ini dinilai momen yang tepat untuk mengakumulasi emiten, yang memiliki perkiraan valuasi P/E 2012 sebesar 9,9 kali dan EV/Ebitda 5,9 kali. “Kami masih rekomendasi beli untuk Adaro, dengan target harga Rp3.850,” ujarnya.

Menurutnya, setelah laba tiga kuartal yang tidak maksimal, karena curah hujan tinggi yang memicu gangguan produksi, harga saham ADRO telah tertekan hingga 8% YTD. Namun, laporan keuangan kuartal dua yang akan dirilis pada pertengahan Agustus, diperkirakan akan lebih kuat, karena produksi sudah mulai pulih.

“Dengan produksi kuartal kedua, pertumbuhan per kuartal 15% dan pertumbuhan tahunan 19%, maka ADRO diprediksi bisa mencapai 48% dari total target produksi 2011, sebesar 48 juta ton.”

Sementara itu, imbuhnya, dengan masih tingginya harga rata-rata batubara (ASP) di level US$73 per ton, sementara biaya bisa dipertahankan rendah, maka potensi pertumbuhan margin laba sangat kuat. “Apalagi volume produksi di semester kedua bisa digenjot karena memasuki musim kering yang cukup panjang,” ujarnya.

Pada kuartal kedua 2011, ADRO memecahkan rekor kinerja produksi batubara dan volume penjualan, serta pemindahan lapisan penutup. Produksi batubara meningkat 19% menjadi 12,2 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara pemindahan lapisan penutup meningkat 30% dari kuartal kedua 2010 menjadi 75,4 juta bcm. Hal ini didukung penggunaan alat berat yang baru dan lebih besar, serta kinerja para kontraktor yang baik. Cemerlangnya kinerja operasional perseroan mendorong pula peningkatan volume penjualan sebesar 27% menjadi 13,11 juta ton.

Senada dengan Supriyadi, analis dari OSO Sekuritas yang mengatakan, saham ADRO masih menarik. Hal ini terkait menguatnya permintaan dari India, China, Korea Selatan, serta pasar dalam negeriuntuk kebutuhan pembangkit listrik. Selain kontrak baru dengan Thailand yang memicu peningkatan di kuartal kedua tahun ini. “Investor bisa buy on weakness untuk ADRO,” ujarnya.

Pada perdagangan Rabu (3/8) sesi pertama, ADRO ditutup stagnan di level Rp2.650. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp20,687 miliar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar