Rabu, 03 Agustus 2011

Laba bersih Buana Listya naik 989%

Laba bersih Buana Listya naik 989%
JAKARTA. Penerapan asas cabotage rupanya benar-benar membawa berkah bagi PT Buana Listya Tama Tbk (BULL). Buktinya, perusahaan pelayaran ini berhasil mencetak kenaikan laba bersih fantastis.

BULL mencatatkan laba bersih sebesar Rp 129,4 miliar sepanjang semester satu 2011. Jumlah ini lebih tinggi sekitar 989% dari laba bersih di semester satu 2010 yang hanya Rp 13,1 miliar.

Menurut Direktur BULL Peter Chayson, kenaikan ini ditopang kenaikan pendapatan usaha yang signifikan. Pendapatan usaha BULL naik 91% menjadi Rp 498,1 miliar. Kenaikan ini membuat laba usaha terkerek naik hingga 246% menjadi Rp 155,4 miliar.

Kontributor pendapatan lainnya adalah segmen usaha Floating Production Storage and Offloading/Floating Storage and Offloading (FPSO/FSO). "Segmen usaha FPSO/FSO menjadi penopang kinerja usaha karena naik 1.180%," kata Peter di Jakarta, Selasa (2/8).

Pendapatan BULL dari FPSO/FSO melonjak hingga Rp 113,8 miliar. Kenaikan ini terjadi karena chartering rate kapal BULL naik. Tambah lagi, anak usaha PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) ini meraih kontrak jangka panjang.

Selain itu, tahun ini kapal FPSO Brotojoyo milik perseroan ini bisa beroperasi secara penuh. "Tahun lalu kapal ini belum beroperasi secara penuh karena harus dikonversi dulu kapalnya," jelas Peter.

Sektor usaha tanker gas juga mencatat kenaikan pendapatan hingga 79,2%. Sementara sektor usaha tanker kimia tahun ini berhasil mencatatkan laba Rp 4 miliar setelah sebelumnya rugi sebesar Rp 4,4 miliar.

Mengincar tender

Tahun ini BULL memperkirakan 90% dari total pendapatan usaha akan berasal dari kontrak jangka panjang. Salah satunya kontrak baru untuk sewa terminal bongkar muat terapung alias floating offshore terminal.

Nilai sewa terminal mencapai US$ 320 juta untuk jangka waktu 20 tahun. Penyewa terminal tersebut adalah perusahaan batubara di Sumatera.

BULL juga sudah mendapatkan kontrak penyewaan kapal FPSO dengan kapasitas angkut 300 barel dan FSO berkekuatan 150-180 deadweight tonnes (DWT). Nilai masing-masing kontrak US$ 45 juta.

BULL juga tengah bersiap mengikuti tender untuk tiga proyek angkutan migas. Di antaranya adalah tender yang diselenggarakan Conoco Philip dan Bukit Tua. Selain itu perusahaan pelayaran ini juga menjajaki peluang mengikuti tender PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Perusahaan pelayaran berbendera lokal ini yakin bisa memenangi tender-tender tersebut. Karena itu, BULL menargetkan laba bersih bisa naik hingga 3,5 kali di akhir tahun nanti.

Wakil Presiden Riset dan Analisis Valbury Asia Future, Nico Omer Jonckheere, menilai keberhasilan BULL memperoleh kontrak jangka panjang akan membawa pengaruh positif pada perusahaan. "Artinya pendapatan mereka berasal dari operasional atau recurring income, bukan dari penjualan aset misalnya," kata Nico.

Nico juga melihat penerapan asas cabotage di Indonesia masih akan memberikan keuntungan pada BULL. Terlebih saat ini BULL tidak hanya fokus pada migas saja, tapi juga mulai masuk pada pengangkutan batubara.

Tapi Nico mengingatkan perusahaan pelayaran rentan terhadap harga minyak dunia. "Kalau harga minyak naik pasti langsung berdampak pada perusahaan," paparnya. Apalagi Nico menganalisis harga minyak masih berpeluang naik. Hal ini harus menjadi pertimbangan investor yang ingin menanamkan dananya di saham perusahaan pelayaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar