Rabu, 03 Agustus 2011

Menanti Sikap Lembaga Rating Soal US Debt Ceiling

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (3/8) diprediksi menguat. Negatifnya data-data AS dan penantian pasar atas penilaian lembaga rating terhadap US Debt Ceiling jadi katalisnya.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, potensi penguatan rupiah hari ini karena data-data ekonomi AS secara umum bakal memperlemah dolar AS. Rupiah pun bakal terapresiasi dengan sendirinya.

Salah satunya, lanjut Christian, pasar akan fokus pada data-data tenaga kerja AS yang ditunggu pekan ini. Pada Rabu (3/8) ini akan dirilis ADP non-farm employment change yang angkanya diprediksikan turun ke 102 ribu orang dari sebelumnya 157 ribu orang. "Karena itu, rupiah cenderung menguat ke level 8.450 dan batas atasnya di level 8.480 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM.

Lalu, lanjut Christian, pada Jumat (5/8) akan dirilis tingkat pengangguran AS yang diperkirakan di level 9,2% dan non-farm payroll diperkirakan di level 91 ribu dari sebelumnya 18 ribu. Angka ini positif karena ada kenaikan 91 ribu. Tapi, angka ini sering mengalami revisi. "Sebab, angka sebelumnya 18 ribu juga merupakan hasil revisi dari 80 ribu," ujarnya.

Apalagi, dalam kondisi normal, non-farm payroll AS menunjukkan pertumbuhan 300 ribu yang terekam sebelum resesi 2008. "Angka di level 100-200 ribu orang menunjukkan angka perlambatan," paparnya.

Semalam juga dirilis data inflasi AS (Core PCE Price Index) yang sudah diperkirakan hanya naik tipis 0,2% dari sebelumnya 0,3%. Rendahnya inflasi, akan semakin meyakinkan The Fed untuk mempertahankan suku bunga rendah yang bisa berdampak pada pelemahan dolar AS kembali. "Jadi, euforia kenaikan batas atas utang AS hanya sementara jadi sentimen positif bagi dolar AS," tandas Christian.

Pada saat yang sama, soal utang AS saat ini, sangat tergantung pada lembaga rating apakah mereview rating utang AS atau tidak. Sekarang, memang ada kekhawatiran, meski bata atas utang AS dinaikkan, tapi karena beban utang yang meningkat, raitng AS masih ada peluang di-downgrade. "Apalagi, AS mengalami perlambatan ekonomi dan efek dari Quantitative Easing (QE) kedua sudah mulai memudar," ungkapnya.

Pada saat yang sama, tantangan ekonomi AS ke depannya cukup banyak bagi pemerintahan Obama. "Selain pasar ingin melihat implementasi kenaikan batas atas utang itu, juga angka reduksi anggaran US$2,4 triliun belum tentu meyakinkan lembaga pemeringkat," imbuh Christian.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (2/8) ditutup melemah 15 poin (0,17%) ke level 8.470/8.480 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar