Senin, 06 Juni 2011

Berseluncur laba dari dunia maya

Berseluncur laba dari dunia maya
JAKARTA. Setelah perang harga berakhir, operator seluler harus mencari jurus baru mengundang laba. Adalah layanan data yang kini menjadi andalan operator telekomunikasi untuk menggemukkan pundi uang masing-masing.

Analis BNI Securities Akhmad Nurcahyadi menuturkan, pertumbuhan seluler sebenarnya sudah mengarah ke data dan internet sejak 2008. "Pertumbuhan layanan suara sudah stagnan," kata dia.

Tak heran, operator halo-halo saat ini lebih memfokuskan layanan data, meski layanan suara masih menawarkan margin lebih tinggi.

Tahun lalu, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) berhasil menumbuhkan pendapatan layanan data sebesar 7% year on year. Ini menutup kerugian stagnasi pertumbuhan telepon seluler 2,1% dan penurunan pendapatan telepon kabel 9,4%.

Analis Mandiri Sekuritas Raditya Christian Artono memperkirakan, segmen layanan data dan internet TLKM akan tumbuh kuat. Potensi bisa diukur dari jumlah pelanggan dan pertumbuhannya, di layanan fixed dan mobile masing-masing 44% dan 128% sepanjang tahun lalu.

Aditya Srinath, Analis JP Morgan Securities juga mencatat pendapatan rata-rata per user atau average revenue per user (ARPU) layanan suara PT Indosat Tbk (ISAT) lebih rendah daripada prediksi. Namun ARPU dari layanan data unggul, sehingga ARPU keseluruhan masih positif.

Operator seluler raksasa lainnya PT XL Axiata Tbk (EXCL) berniat memaksimalkan kapasitas generasi ketiga (3G). Analis Kresna Securities, Gemilang Lim menghitung, setiap 5% peningkatan pendapatan layanan data, laba bersih bisa bertambah 1,7%.

Perkuat Infrastruktur

Akhmad menuturkan, operator seluler sejatinya tidak membutuhkan infrastruktur baru untuk mengembangkan bisnis layanan data. Jadi, layanan itu tidak membutuhkan investasi tidak besar. "Tinggal dimaksimalkan sesuai jenis layanan," kata dia.

Langkah ini memang sudah terlihat. Ambil contoh TLKM yang berniat mengganti kabelnya dengan serat optik dan menerapkan router baru.

EXCL juga akan memperbesar utilisasi kapasitas 3G yang saat ini baru 40%. Ini masih lebih kecil dibanding utilisasi 2G yaitu 75% pada jam puncak. Itu juga berarti belanja modal perusahaan (capex) masih akan bertambah.

Peluang pengembangan layanan data juga ditangkap operator CDMA PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) lewat anak usahanya, Bakrie Connectivity tahun lalu. "Kecepatan koneksi bisa menyamai bahkan mengungguli operator GSM yang menjadi kompetitornya," tulis Chandra S Pasaribu, Analis Danareksa Sekuritas dalam risetnya.

Namun jumlah pelanggan masih sedikit membuat kapasitas jaringan BTEL banyak belum terpakai. "Pelanggan bisa tumbuh secara eksponensial. Yang harus diperhatikan adalah jaringan harus memadai," kata Chandra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar