Senin, 06 Juni 2011

Pasar Persepsikan Ekonomi AS Melambat

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah terus memperkokoh posisinya meski indeks saham domestik mendarat di zona merah. Negatifnya rilis data tenaga kerja AS akhir pekan lalu dipersepsikan pasar sebagai perlambatan ekonomi negara adidaya itu.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Albertus Christian mengatakan, penguatan rupiah hari ini dipicu oleh pasar yang merespon data non-farm payrolls AS akhir pekan lalu, yang angkanya dirilis jauh lebih buruk dibandingkan perkiraan. Kondisi itu memperlemah dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama.

Sektor swasta AS (non-farm payrolls) hanya menambah 54 ribu pekerjaan pada Mei atau jauh lebih rendah dibandingkan estimasi 150 ribu dan revisi turun data April menjadi 232 ribu. Begitu juga dengan tingkat pengangguran yang justru naik ke level 9,1% pada Mei 2011 dari 9% pada bulan sebelumnya.

"Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.500 dan 8.509 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (6/6). Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (6/6) ditutup menguat 10 poin (0,11%) ke level 8.508/8.518 per dolar AS dari posisi kemarin 8.518/8.523.

Dengan memburuknya data tenaga kerja AS itu, pasar berekspektasi, tingkat perbedaan suku bunga antara Bank Indonesia (BI rate) dengan The Fed akan semakin lebar sehingga memacu penguatan rupiah lebih lanjut. "Sebab, pasar melihat, BI rate berpeluang naik ke depannya," papar Christian.

Sedangkan untuk Bank Sentral AS, The Fed, seiring melemahnya data non-farm payrolls, ekonomi AS bisa disimpulkan sementara sedang melambat. "Kondisi itu, tinggal dikonfirmasi oleh pidato Gubernur The Fed Ben Bernanke pada Rabu (8/6) pekan ini," ucapnya.

Menurutnya, pasar akan memastikan, apakah perlambatan ekonomi AS bersifat temporer atau permanen. "Jika hanya bersifat temporer, dolar AS akan kembali menguat. Tapi, untuk sementara, ekonomi AS diekspektasikan melambat," tutur Christian.

Dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Hal ini terlihat dari pelemahan indeks dolar AS sebesar 0,07%. "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke level US$1,4630 dari level pembukaan US$1,4629 per euro," imbuh Christian.

Dari bursa saham, Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) hari ini sebesar 9,82 poin (0,26%) ke level 3.834,201 dipicu oleh negatifnya sentimen market regional dan global. Pasalnya, rilis data tenaga kerja AS mengecewakan pasar.

Sejauh ini, lanjut Alfiansyah, dominasi pergerakan bursa regional dan global sangat menentukan laju IHSG. “Sementara itu, rilis data ekonomi di dalam negeri, sulit mengimbangi negatifnya sentimen global,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar