Senin, 06 Juni 2011

Permintaan dollar AS surut, rupiah bertahan di level terkuat tujuh tahun

Permintaan dollar AS surut, rupiah bertahan di level terkuat tujuh tahun
JAKARTA. Hingga sore ini, rupiah bertahan di level terkuatnya dalam tujuh tahun terakhir. Harga obligasi pemerintah juga naik.

Mata uang Garuda melesat 0,2% ke level Rp 8.513 per dollar AS, pada pukul 16.07 di Jakarta. Bahkan, pada perdagangan pagi, sempat bertengger di Rp 8.506 per dollar AS. Ini merupakan level terkuatnya sejak Maret 2004.

Penguatan nilai tukar rupiah dipicu optimisme pasar terhadap Uni Eropa yang kemungkinan menyiapkan pinjaman baru untuk Yunani. Hal ini memadamkan kekhawatiran terhadap berlanjutnya krisis utang zona Euro, dan meredam permintaan atas dollar AS.

Uni Eropa dan pejabat Dana Moneter Internasional (IMF) setuju mengucurkan sejumlah bantuan tahap kelima kelima dari total bailout yang sudah disepakati tahun lalu senilai 110 miliar-euro atau setara US$ 161 miliar.

Kepala Treasury PT Resona Perdania Lindawati Susanto menyebut, ada indikasi Yunani akan mendapat bantuan dari Uni Eropa, dan bisa mengakhiri krisis utang. "Sentimen risiko sudah kembali. Dari dalam negeri, inflasi dapat dikelola dan bank sentral diekspektasikan menahan tingkat suku bunganya minggu ini," ujarnya.

Bank Indonesia akan bertemu pada 9 Juni untuk meninjau suku bunga acuan. Inflasi telah melambat selama empat bulan hingga Mei lalu. Sementara, Departemen Keuangan merencanakan lelang surat utang senilai Rp 5 triliun, besok.

Adapun, sore ini, harga obligasi pemerintah bertenor 10 tahun berhasil naik. Data Inter-Dealer Market Association menyebutkan, imbal hasil obligasi negara yang jatuh tempo Juli 2021 turun dua basis poin ke 7,35%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar