Senin, 06 Juni 2011

PBB: Lonjakan harga komoditas yang berpotensi bubble membutuhkan intervensi

PBB: Lonjakan harga komoditas yang berpotensi bubble membutuhkan intervensi
LONDON. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, pasar komoditas membutuhkan pengawasan dan intervensi dari dunia internasional sehingga bisa lebih transparan dan menghindari bubble. Pasalnya, aksi spekulan yang terjadi belakangan menunjukkan, pergerakan harga tak lagi didorong oleh besaran suplai dan demand.

Dalam report bertajuk UN's Conference on Trade and Development menunjukkan, adanya lonjakan investasi di pasar komoditas mendorong perilaku aksi ambil untung dan menciptakan bubbles. Dalam report tersebut juga disebutkan, antisipasi dari adanya pemulihan ekonomi global tidak memiliki peran yang proporsional dalam lonjakan harga komoditas.

"Harga komoditas dapat bergerak jauh dari level standar fundamental dalam beberapa periode. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya bubble pada harga," jelas PBB.

Asal tahu saja, UN's Food Price Index kembali mendekati harga rekor Febuari pada bulan lalu seiring kenaikan harga komoditas. Beberapa komoditas yang mengalami lonjakan tertinggi adalah jagung yang ditransaksikan di Chicago Board of Trade dan perak yang harganya sudah melonjak dua kali lipat dalam setahun terakhir. Sementara, harga emas sudah naik 27% dan harga beras naik 32%.

Beberapa cara untuk mengatasi masalah tersebut antara lain: memberikan data lebih banyak mengenai data fundamental kepada investor, memberikan informasi mengenai pelaku pasar khususnya di Eropa, menaikkan batas transaksi, dan melarang transaksi perdagangan oleh institusi finansial yang terlibat dalam melakukan keputusan hedging klien mereka.

Selain itu, dibutuhkan pula sistem pajak yang dapat memperlambat aktivitas pasar finansial. PBB juga mengungkapkan, pentingnya keterlibatan pemerintah dalam transaksi perdagangan untuk memastikan trader melakukan investasi berdasarkan suplai dan demand.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar