Senin, 06 Juni 2011

Saham Batu Bara Menarik Sesuai Karakteristiknya

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Semua saham batu bara dinilai menarik sesuai karakteristik dan pangsa pasarnya. Sebab, permintaan batu bara terus meningkat baik dari dalam maupun luar negeri. Bagaimana strategi tradingnya?

Pengamat pasar modal dari Capital Bridge Indonesia Aji Martono menyebutkan saham prospektif seperti PT Adaro Energy (ADRO), PT Indo Tambang Raya (ITMG), PT Harum Energy (HRUM), PT Bumi Resources (BUMI), PT Tambang Bukit Asam (PTBA) dan PT Borneo Lumbung Energi (BORN).

Menurutnya, saham-saham tersebut memiliki karakteristiknya dan pangsa pasarnya sendiri. Permintaan batu bara juga terus meningkat baik dari luar maupun dalam negeri. “Karena itu, pada perdagangan pekan ini bahkan mungkin hingga akhir tahun, saham-saham di sektor batu bara akan menjadi rujukan untuk mengakumulasi sebagai ajang spekulasi,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (6/6).

Dia mencontohkan, ADRO yang secara fundamental memiliki kekuatan lokalnya dengan kalori batu bara yang tidak terlalu tinggi. Lalu secara teknikal, setelah menguat kemudian terkoreksi ke level Rp2.200 dan sekarang sudah bergerak ke level Rp2.450.

Pekan lalu, lanjut Aji, terjadi profit taking di saham BORN sehingga saham ini melemah ke level Rp1.400-an. Tapi, sekarang sudah kembali naik ke level Rp1.520. “Artinya, setelah koreksi, saham ini lajunya sudah kembali stabil di level penguatan,” paparnya.

Sementara itu, saham BUMI, yang sempat mencapai level tertinggi Rp3.625, terkoreksi ke level terendahnya Rp3.275 dan kembali merangkak naik ke level Rp3.350-3.375. PTBA yang sempat terkoreksi ke level Rp19.000, sekarang sudah kembali ke level Rp20.000-21.000-an. “Secara perlahan saham ini sudah mengalami kenaikan,” tuturnya.

Begitu juga dengan HRUM yang sulit melemah atau pecah level Rp9.000 ke bawah. Saham ini sangat menarik di level Rp9.100-an. HRUM teredah sempat ‘dicolek-colek’ di level Rp8.950 dan kemudian diakumulasi sehingga harganya naik ke level Rp9.050-9.150 dan terakhir di level Rp9.250. “Karena itu, masih terbuka peluang dengan akumulasi bertahap ke level Rp9.700,” ujarnya.

Jika melihat performance saham-saham batu bara, investor tampaknya harus bermain jangka pendek. Pasalnya, jika terjadi koreksi terhadap market, saham-saham batu bara akan dilirik untuk mendapatkan level support saham-saham tersebut. “Tapi, jika market mengalami kenaikan dan didukung penguatan harga komoditas yang juga mendorong kenaikan saham-saham di sektor batu bara, akan memicu aksi profit taking,” ungkap Aji.

Saat ini, lanjut Aji, orang lebih merujuk pada pergerakan Hang Seng dan Nikkei. Jika dibuka negatif, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) pun akan melemah. Pelemahan tersebut juga didukung oleh koreksi di sektor saham-saham pertambangan energi tak terkecuali batu bara.

“Karena itu, investor lebih baik melakukan pembelian jangka pendek di sektor batu bara yang mengalami penurunan baik di PTBA, ITMG, HRUM, BUMI, ADRO, maupun BORN,” timpalnya.

Tapi, kalaupun saham-saham tesebut mengalami penguatan, kenaikannya akan tipis. Karena itu, investor harus bersiap-siap dengan pergerakan range trading (bergerak sempit dalam kisarannya). “Padahal, investor lebih suka saham-saham yang koreksi tajam dengan volume yang terkendali,” tutur Aji.

Karena itu, ditegaskan Aji, investor akan melakukan analisis risiko. Jika volume penjualan sudah cukup besar, sedangkan bidder-nya sudah habis, investor menunggu kemungkinan penurunan pada saham ini bisa terjadi di hari selanjutnya.

Di atas semua itu, Aji menyarankan, bagi yang belum punya posisi lebih baik melirik pergerakan saham-saham tersebut apabila terkoreksi untuk melakukan akumulasi. Tapi, jika mengalami pergerakan yang cukup signifikan, lebih baik melakukan profit taking.

Artinya, lanjut Aji, selama market mengalami koreksi, pelaku pasar bisa terus mengakumulasi untuk jangka pendek. “Sebab, koreksi yang terjadi bisa menurunkan capital gain dari nilai investasi, jika tidak segera direalisasikan,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar