Senin, 06 Juni 2011

Tembaga berpeluang menembus US$ 9.500

JAKARTA. Banderol harga tembaga melesat signifikan pada penutupan perdagangan, akhir pekan kemarin. Tembaga untuk pengiriman Agustus 201, Jumat (3/6), mencatat kenaikan harga hingga 2% menjadi US$ 9.097,5 per ton di London Metal Exchange. Ini merupakan rekor harga tertinggi selama sepekan terakhir.

Pemicu terkereknya harga tembaga kali ini ada beberapa faktor. Pertama, penurunan cadangan tembaga di China yang cukup signifikan. Cadangan tembaga di Negeri Tembok Raksasa Maret lalu masih sekitar 600.000-700.000 metrik ton.

Namun posisi cadangan tembaga Negeri Panda itu bulan lalu tinggal yaitu 350.000-400.000 metrik ton. "China akan terus mengimpor tembaga untuk memenuhi permintaan ke depan," ungkap Gayle Berry, Xinyi Chen, dan Nicholas Snodown, Analis Barclays Capital, seperti dikutip Bloomberg, akhir pekan lalu.

Kedua, pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan penguatan mata uang komoditas yaitu Australian Dolar atau aussie. Akhir pekan kemarin, indeks dolar AS melemah menjadi 73,783, sedangkan Pairing AUD/USD menguat 0,43% menjadi 1,0716. Australia adalah pengekspor tembaga terbesar, jadi pergerakan aussie mempengaruhi banderol tembaga.

Ketiga, pengaruh tren kenaikan harga komoditas lain, terutama emas. Akhir pekan lalu, harga emas di pasar spot untuk pengiriman Agustus 2011 melonjak lagi ke US$ 1.542,4 per ons troi. "Saat ekonomi global melambat, harga logam mulia termasuk tembaga cenderung naik," ujar Herry Setyawan, analis Indosukses Futures.

Namun, Herry pesimistis kenaikan harga tembaga akan terus berlanjut. Alasan dia, kondisi fundamental negara-negara utama pengkonsumsi tembaga seperti AS dan Jepang masih lemah. Ini mempengaruhi tingkat permintaan komoditas tersebut. "Selama tidak ada gangguan aktivitas produksi, pasokan tembaga yang mencukupi tidak akan menerbangkan harganya," ujar Herry. Terlebih, sejauh ini harga tembaga termasuk agak "steril" dari spekulasi pasar.

Sebaliknya, Ibrahim analis senior Harvest International Futures, optimis harga tembaga bakal menembus US$ 9.500 per ton, akhir semester satu ini. Pemicunya, kebutuhan tembaga di negara-negara pasca konflik di Timur Tengah dan Afrika Utara akan meningkat mulai semester dua nanti hingga tahun 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar