Senin, 06 Juni 2011

INCO akan mengganti nama menjadi Vale Indonesia

INCO akan mengganti nama menjadi Vale Indonesia
JAKARTA. PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) akan mengikuti jejak induk usahanya mengganti nama. Penggantian nama perusahaan ini dilakukan menyusul akuisisi induk usaha INCO oleh Vale SA pada 2007 lalu.

Dengan demikian, nama INCO akan berubah menjadi PT Vale Indonesia Tbk. "Ya, kami akan ganti nama, tapi sebelumnya kami akan minta persetujuan pemegang saham," ungkap Tony Wenas, Direktur Utama INCO di Jakarta, pekan lalu. INCO segera akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

Sekadar informasi, induk usaha INCO sudah berganti nama menjadi Vale Canada Limited. Vale yang merupakan perusahaan tambang asal Kanada menguasai sekitar 58,73% saham INCO, sementara porsi saham publik mencapai 20,49%.

Selain mengganti nama, INCO akan fokus berbagai rencana ekspansi di tahun ini. Salah satunya adalah menyelesaikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Karebe.

INCO juga berencana mengeksploitasi bijih nikel di Blok Bahodopi di Morowali, Sulawesi Tengah. Untuk itu, perusahaan tambang ini bakal membangun infrastruktur di kawasan tersebut.

Menurut hitungan INCO, pembangunan infrastruktur tersebut akan membutuhkan dana mencapai US$ 100 juta. "Kami akan membangun screening station dan jalan sepanjang 80 kilometer (km)," beber Tony.

Meski gencar berekspansi, INCO memperkirakan volume produksi nikel tahun ini bakal turun. Menurut Tony, hal ini terjadi karena INCO akan melakukan pembangunan kembali tempat pembakaran (furnace rebuild) di pabriknya. "Kami membutuhkan 21 minggu untuk proses furnace rebuild ini," jelas dia.

Menurut hitungan INCO, jika pabrik tidak berproduksi selama 21 minggu, volume produksi bisa merosot hingga 13,4%. Angka itu diperoleh dengan asumsi satu pabrik INCO menghasilkan 50 juta pon nikel per tahun. Namun Tony enggan merinci lebih detail mengenai kemungkinan penurunan produksi.

Andai volume produksi tidak berkurang, jumlah yang dihasilkan akan mirip-mirip dengan hasil produksi INCO di 2010. Tony mengungkapkan, tahun lalu produksi nikel INCO mencapai 150 juta pon. Jumlah tersebut merupakan hasil produksi dari tiga pabriknya yang terletak di Soroako, Sulawesi Selatan.

Tapi INCO juga berencana menambah jumlah pabrik. Perusahaan tambang ini berencana membangun pabrik lagi di Soroako. Tony menegaskan, penambahan pabrik tersebut bisa mendongkrak kapasitas produksi nikel.

Tapi INCO belum bisa memastikan berapa besar tambahan hasil produksi dari pabrik ini. "Masih belum tahu akan dibangun dengan kapasitas berapa, karena masih rencana," kata Tony.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar