Rabu, 07 September 2011

Dibayangi Krisis Eropa, Wall Street Menuju Titik Terendahnya

New York - Bursa Wall Street kembali terpuruk menuju titik terendahnya sepanjang tahun ini. Investor semakin khawatir Eropa semakin tidak mampu mengatasi krisis utangnya.

Investor mulai memburu aset-aset yang kurang risikonya lebih rendah, karena dibayangi kekhawatiran kurangnya dukungan politik Italia dan Yunani untuk menerapkan kebijakan anggaran yang ketat guna mengatasi krisis utangnya. Sementara Jerman sikapnya semakin keras untuk menyediakan dana bantuan.

Krisis utang Eropa yang memburuk ini semakin meningkatkan kekhawatiran investor bahwa perekonomian dunia bisa terjun ke jurang resesi kembali.

Pada perdagangan Selasa (6/9/2011), indeks Dow Jones industrial average merosot 100,96 poin (0,90%) ke level 11.139,30. Indeks Standard & Poor's 500 juga melemah 8,73 poin (0,74%) ke level 1.165,24, dan Nasdaq melemah 6,50 poin (0,26%) ke level 2.473,83.

Indeks S&P 500 saat ini tercatat sudah turun hingga 14,5% dari titik tertingginya pada tahun 2011 yang dicetak pada akhir April lalu. Titik pusat kekhawatiran investor masih pada masalah perkembangan masalah krisis di Eropa yang kemungkinan tidak terpecahkan.

"Kita mendapatkan tembakan untuk perdagangan S&P di bawah 1.100 lagi. Saya tidak merasa orang-orang benar-benar akan mempertahankan pasar sampai sesuatu seperti itu terjadi," ujar Nick Kalivas, analis dari MF Global seperti dikutip dari Reuters, Rabu (7/9/2011).

Saham-saham perbankan besar mencatat penurunan tertinggi, dengan indeks KBW Bank merosot hampir 2%. Hal itu terjadi setelah pada Jumat lalu, Federal Housing Finance Agency mensomasi 17 bank besar AS berkaitan dengan surat utang subprime mortgage. Somasi itu memicu kekhawatiran seputar masalah kesehatan sektor perbankan.

Saham JPMorgan dan Bank of America yang menjadi subyek dari somasi itu tercatat turun lebih dari 3%. Saham Bank of America merosot 3,6%, JPMorgan Chase & Co turun 3,4%.

Perdagangan berjalan flat, dengan transaksi di New York Stock Exchange mencapai 7,9 miliar lembar saham.

(qom/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar