Rabu, 07 September 2011

Pengadilan Jerman Jadi Oase di Market

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah hanya melemah tipis setelah IHSG menguat tajam. Pengadilan Jerman yang memutuskan, partisipasi Jerman dalam bailout Uni Eropa sesuai dengan hukum yang berlaku menjadi salah satu katalisnya.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, krisis utang Eropa masih menjadi topik utama pergerakan rupiah pekan ini. Terutama dengan beberapa even penting yang terjadi di Eropa.

Menurutnya, hari ini ada even penting di Jerman dan nanti malam ada even di Italia yang bakal berpengaruh pada perkembangan krisis utang di Eropa selanjutnya. "Karena itu, rupiah mencapai level terlemahnya 8.575 dari posisi pembukaan 8.560 dan 8.550 sebagai level terkuatnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (7/9).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (7/9) ditutup melemah tipis 2 poin (0,02%) ke level 8.550/8.560 per dolar AS dari posisi kemarin 8.548/8.558.

Dia menjelaskan, kemarin dolar AS menguat signifikan seiring memburuknya kecemasan krisis utang zona euro setelah beberapa anggota parlemen Jerman mengutarakan keinginannya agar Yunani keluar dari zona euro. "Kondisi itu diperburuk dengan kekecewaan Jerman terhadap kebijakan penghematan fiskal Yunani," ungkapnya.

Pada saat yang sama, kecemasan European Central Bank (ECB) terhadap komitmen Italia untuk melakukan penghematan fiskal juga turut berpengaruh negatif. "Karena itu, euro melemah signifikan sehingga menjadi tekanan bagi rupiah pada awal sesi hari ini," paparnya.

Hanya saja, tambah Firman, membaiknya performa bursa Asia hari ini yang ditopang kenaikan ekspektasi sektor jasa di AS dan positifnya data Gross Domestic Product (GDP) Australia, menjadi sentimen positif bagi rupiah. "Kondisi itu diperkuat oleh Yunani yang kembali berjanji untuk mempercepat kebijakan penghematan fiskal pada pertengahan sesi Asia," imbuhnya.

Lalu, menjelang sesi penutupan, pengadilan Jerman memutuskan untuk menolak tuntutan konstitusi bahwa partisipasi Jerman dalam bailout Eropa tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. "Artinya, pengadilan memutuskan bahwa partisipasi bailout masih sesuai dengan hukum yang berlaku sehingga jadi sentimen positif bagi euro," tuturnya.

Tapi, hingga penutupan, rupiah sulit menguat dibandingkan kemarin, mengingat masih banyak even penting di Eropa seperti voting Parlemen Italia atas UU reformasi kebijakan Fiskal nanti malam dan Jumat (9/9) merupakan deadline partisipasi perbankan untuk me-roll-over utang Yunani. "Tapi, rupiah menguat dibandingkan pembukaan meski melemah tipis dibandingkan kemarin," ucapnya.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS melelmah ke level 75,402 dari sebelumnya 75,952. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4100 dari sebelumnya US$1,3994 per euro," imbuh Firman.

Dari bursa saham, Head of Researh Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) hari ini sebesar 111,46 poin (2,87%) ke level 4.001,433 salah satunya dipicu oleh optimisme pasar atas outlook ekonomi Indonesia. Pemerintah sudah menargetkan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 2011 di level 6,5%.

Kondisi itu, imbuh Alfiansyah, diperkuat oleh optimisme suku bunga acuan (BI rate), setelah Bank Indonesia menyatakan, mempertahankan suku bunga di level 6,75% dan belum ada kecenderungan untuk menaikkan. Semua itu menjadi sinyal positif bagi pasar modal Indonesia. “Meskipun, inflasi cenderung mengalami kenaikan dalam dua bulan terakhir. Tapi, secara year on year masih berada di bawah angka suku bunga acuan BI rate,” papar Alfiansyah.

Karena itu, ditambahkan Alfiansyah, IHSG mengalami penguatan. Begitu juga jika mengacu pada pergerakan indeks dalam dua hari terakhir sehingga memperkuat indeks hari ini. “Meski, dari eksternal ada sentiment negatif, tapi tampak ada kepercayaan penuh bagi pasar modal Indonesia,” tandasnya.

Pasalnya, penguatan indeks juga mendapat dukungan dari Indonesia yang dinilai pasar sebagai alternatif investasi di tengah krisis finansial yang terjadi di AS dan Eropa. Kekhawatiran yang terjadi di luar justru berpengaruh positif bagi pertimbangan pasar pada IHSG. “Inilah yang jadi alasan asing untuk masuk ke pasar modal Indonesia,” ujarnya.

Pada saat yang sama, dia memaparkan, pasar juga mengantisipasi positif atas laporan keuangan kuartal ketiga 2011 dari berbagai emiten yang bakal dirilis Oktober. “Pasar melihat, fundamental keuangan berbagai emiten cenderung mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibadingkan negara-negara lain,” ungkap dia. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar