Rabu, 07 September 2011

Sektor agribisnis pimpin bisnis INDF

Sektor agribisnis pimpin bisnis INDF
JAKARTA. Kinerja PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) diperkirakan akan lebih melaju lebih kencang lagi di sisa tahun ini. Sepanjang semester I lalu, INDF mencatat pertumbuhan penjualan year-on-year sebesar 20,5% menjadi Rp 21,84 triliun. Sedangkan laba yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk tumbuh 12% menjadi Rp 1,58 triliun.

Andrey Wijaya, analis OSK Nusadana Securities Indonesia menilai, kinerja INDF semester I-2011 sejalan dengan ekspektasinya. Permintaan barang konsumsi yang semakin kencang di semester II, diperkirakan akan mendongkrak pertumbuhan laba sampai 48% di akhir tahun nanti.

Di semester II, Andrey memperkirakan, sektor agribisnis akan memimpin pertumbuhan pendapatan. Kontribusi sektor agribisnis menjadi angin segar bagi kinerja INDF di semester I lalu yang tumbuh 42,9%. Sekadar catatan, selama ini, sektor mi instan, merupakan penyumbang terbesar INDF.

Stevanus Juanda, analis dari JP Morgan menambahkan, divisi gula akan menyetir pendapatan terbesar sektor ini. Memang, rata-rata harga minyak kelapa sawit (CPO) tetap rendah, namun pendapatan akan terdongkrak harga dan kernel dan karet.

Meski penjualan mi instan di semester I melesu, hanya naik 4,2% secara tahunan, Andrey dan Stevanus optimis, permintaan mi instan akan naik lagi di kuartal III. Prediksi itu merujuk ke siklus tahunan INDF.

Tepung Bogasari

Tidak semua unit usaha INDF diperkirakan melesat. Unit tepung terigu Bogasari diperkirakan akan menghadapi persaingan yang lebih ketat di sisa tahun ini.

Yualdo Yudoprawiro, analis Samuel Sekuritas mencatat, kini terdapat 14 sampai 16 pabrik tepung yang aktif di Indonesia. Tentu, peningkatan persaingan antar pabrik bisa menggerus pangsa pasar Bogasari di Indonesia.

Ketatnya persaingan ini sudah terlihat sejak semester I lalu. Meski Bogasari mencatat pertumbuhan penjualan 18% secara tahunan, dalam catatan Andrey, margin laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT) menyempit dari 15% menjadi 7,5%.

Stevanus juga menilai, harga bahan baku gandum yang terus menanjak akan menggerus keuntungan Bogasari. Dalam hitungan tim riset komoditas JP Morgan, harga jual bahan baku gandum akan naik dari US$7,4 per gantang menjadi US$7,6 per gantang pada kuartal II-2012.
Namun, dia menambahkan, rencana pemangkasan utang INDF akan menjaga pertumbuhan laba bersih.

Berdasarkan kinerjanya, Andrey memberi rekomendasi buy saham INDF dengan target harga Rp 7.500 per saham yang mencerminkan price to earning ratio (PER) 16,5 kali dan 17.9 kali, untuk tahun 2011 dan 2012.

Stevanus merekomendasikan neutral untuk INDF dengan alasan harga di pasar sudah mendekati target harganya, Rp 6.000 per saham. Target harga Stevanus merefleksikan PER INDF sebesar 12,9 kali di 2012.

Senada, Yualdo juga melihat harga INDF sudah mendekati fair value. Dia merekomendasikan hold dengan target harga Rp 6.000 per saham.
Pada penutupan Selasa (6/9), harga INDF tidak bergerak dari hari sebelumnya, yaitu Rp 5.950 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar