Rabu, 07 September 2011

Sentimen krisis utang Eropa masih memicu koreksi Wall Street

Sentimen krisis utang Eropa masih memicu koreksi Wall Street
NEW YORK. Sentimen negatif krisis Eropa masih memicu jatuhnya Wall Street. Bursa saham Amerika Serikat ini tumbang karena pasar khawatir kisis utang di Eropa bakal semakin memburuk.

Indeks Standard & Poor's 500 ditutup melemah 0,7% ke posisi 1.165,24 pada pukul 4 sore di New York. Indeks acuan bursa AS ini sudah jatuh sebesar 4,4% dalam tiga hari terakhir. Ini penurunan terpanjang sejak 8 Agustus. Sementara, Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 0,9% ke 11.139,30 pada hari ini.

Manager Pioneer Investments John carey menilai, kekhawatiran besar di pasar saat ini adalah terkait situasi di Eropa. Harga obligasi Italia jatuh, sementara biaya jaminan untuk default perbankan menembus rekor akibat kekhawatiran terhadap krisis Eropa. "Turbulensi di pasar masih akan terus terjadi hingga adanya beberapa resolusi melawan krisis itu," ungkapnya.

Sejatinya, S&P 500 sempat jatuh hingga 2,9% pada perdagangan semalam. Namun, 30 menit jelang penutupan, indeks ini perlahan melaju sehingga hanya ditutup melemah di bawah 1%. Hal ini terjadi setelah saham-saham perusahaan yang terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi berhasil rebound. Reli terjadi karena investor melakukan short covering setelah aksi jual (sell off) terjadi di pasar. "Pasar terpukul keras, namun kami menunggu kabar dari Eropa juga pernyataan Presiden Obama," ujar, Mark BronzoMark Bronzo dari Security Global Investors, di New York.

Pasar tenaga kerja yang stagnan dan bisnis yang suram kemungkinan akan mendorong Presiden Barack Obama dan Ketua The Fed Ben S. Bernanke mengambil tindakan untuk memacu pertumbuhan. Obama dikabarkan telah meminta sidang bersama kongres pada 8 September untuk mengungkapkan rencananya dalam mendorong pertumbuhan pasar tenaga kerja.

Semalam, pasar saham juga terseret sentimen pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh HSBC Holdings Plc. Perekonomian global diprediksi hanya tumbuh 2,6% di tahun ini, dan sebesar 2,8% pada tahun depan. Padahal, pada Juni lalu, ekonomi global diprediksi bisa bertumbuh hingga 3,4% di 2011 dan 2012. HSBC juga menyebut efektivitas dari setiap langkah stimulus lanjutan akan mulai terbatas.

Namun, kejatuhan bursa saham terminimalisir setelah data industri jasa AS dirilis lebih baik dari prediksi. Indeks Institute for Supply Management untuk industri jasa naik menjadi 53,3 per Agustus, dari bulan sebelumnya di 52,7. Angka ini melebihi prediksi ekonom yang hanya sebesar 51.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar