Rabu, 10 Agustus 2011

Inilah Saham-saham Potensial Upside 10%

INILAH.COM, Jakarta – IHSG segera mencapai level support kuatnya, 3.640-3.650. Investor baru bisa mengakumulasi beli saham di level-level tersebut. Inilah saham-saham yang potensial upside-nya 10% dalam 1-3 bulan.

Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ^JKSE) terus turun dalam sepekan terakhir sekitar 8%. Tapi, karena penurunan tersebut, dalam jangka pendek, sebenarnya indeks segera mencapai support kuatnya di level 3.640-3.650 berdasarkan indikator Fibonacci retracement 50%.

Dengan kondisi tersebut, lanjutnya, IHSG sudah mencerminkan Price to Earnings Ratio (PER) di level 17 kali. “Karena itu, investor bisa mengakumulasi saham saat IHSG di bawah 3.750 dengan kisaran 3.720-3.750. Tapi, tentu tidak dengan strategi full power,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (9/8).

Pada perdagangan Selasa (9/8), IHSG ditutup melemah 115,15 poin (2,99%) ke level 3.735,119, dengan intraday terendah di 3.590,94 dan tertinggi di 3.873,54. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 yang turun 21,432 poin (3,14%) ke level 660,514.

Praska melanjutkan, pelemahan indeks yang terjadi beberapa hari terakhir ini semata terimbas kerontokan bursa regional. Menurutnya, market sedikit shock setelah Dow Jones rontok di atas 5%.

Secara fundamental PER, harga wajar indeks jika sudah menyentuh 3.550. Ini berdasarkan rata-rata PER, LQ45 dalam lima tahun terakhir yang berada di level 16 kali. Tapi, untuk target harga 2011, harga wajar IHSG di level 4.350-4.550 dengan level PE 19-21 kali. “Karena itu, outlook indeks semester II-2011, masih rebound,” tandas Praska.

Sedangan PE di level 17-17,5 kali berada pada angka 3.640-3.650 yang merupakan level support kuatnya saat ini. Level ini, sudah memasuki harga murah, jika mempertimbangkan kinerja emiten yang cukup positif. “Sebab, setiap kenaikan laba bersih emiten memicu murahnya PER. Apalagi, dengan kinerja berbagai emiten kuartal II-2011 yang cukup bagus sehingga mendorong IHSG semakin menarik,” ujarnya.

Praska menambahkan, setelah indeks mencapai 4.150 merupakan kenaikan yang cukup tinggi sehingga jenuh beli (overbought). Sekarang, jika mengunakan indikator The Relative Strength Index (RSI) pada penutupan Selasa (9/8) di level 3.735, indeks baru mencapai level oversold (jenuh jual)-nya.

Tapi, bukan berarti, investor bisa full power masuk melainkan harus melihat situasi. Target di level 3.650 merupakan momentum atau sinyal di mana investor bisa melakukan akumulasi beli. Sebab, dalam sepekan ke depan, indeks cenderung rebound.

Dalam situasi ini, Praska merekomendasikan positif saham-saham yang cukup tahan (defensive) dari pengaruh eksternal yang negatif di sektor infrastruktur, perbankan dan konsumsi. “Selain itu, saat ini jadi momentum bagi saham-saham di ketiga sektor itu untuk naik karena momentum puasa dan hari raya Lebaran di mana masyarakat cenderung berburu kebutuhan pokok,” ujarnya.

Saham-saham pilihannya adalah PT Telkom (TLKM), PT XL Axiata (EXCL) dan PT Perusahaan Gas Negara (PGAS). Lalu, saham top five di sektor perbankan seperti PT Bank Mandiri (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI).

“BBRI dan BMRI merupakan indeks mover sehingga saat bursa naik, akan menguat lebih cepat dan kuat dibandingkan saham lain,” ungkap Praska. Di sektor konsumsi, PT Kalbe Farma (KLBF) dan PT Indofood Sukses Makmur (INDF).

Menurut Praska, saham-saham tersebut memiliki katalis penguatan pada semester kedua 2011 sehingga bisa memberikan return 10% dalam1-3 bulan. Apalagi, mayoritas saham tersebut sudah terkoreksi lebih dari 10% dalam sepekan terakhir.

Dia menegaskan, secara teknikal maupun fundamental, saham-saham tersebut masih di bawah harga wajarnya sehingga relatif murah apalagi setelah tertekan tajam seiring kerontokkan IHSG dalam sepekan terakhir. “Saham-saham tersebut, mendekati harga terendah dalam enam bulan terakhir,” tandasnya.

Di atas semua itu, dia merekomendasikan buy and hold untuk short term, 1-3 bulan untuk saham-saham tersebut. Kecuali TLKM, sesuai karakteristiknya direkomendasikan buy and hold untuk long term 6 bulan.

“Pada intinya, ada kesempatan untuk bagi investor untuk akumulasi beli secara bertahap sekitar 20% dari modal. Bisa dilakukan lima kali pembelian secara bertahap masing-masing 20% dari modal, sambil wait and see kondisi bursa regional,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar