Rabu, 10 Agustus 2011

Pilihlah Saham Hemat Energi

INILAH.COM, Jakarta - Bursa saham domestik Rabu (10/8) diperkirakan melanjutkan pelemahan. Analis memberi rekomendasi untuk saham-saham yang bisa hemat biaya energi dan orientasi pasar domestik.

Adrian Rusmana, analis dari Sucorinvest mengatakan, IHSG hari ini masih akan mengalami koreksi. Terutama karena foreign fund butuh likuiditas, seiring redemption yang dilakukan di pasar negara maju. "Pasar emerging market yang sudah relatif tinggi harga sahamnya, masih memungkinkan dapat melakukan profit taking," ujarnya kepada INILAH.COM.

Menurutnya, dampak penurunan memang terasa di emerging market karena size pasar yang kecil, sehingga likuiditas cepat mengering. Downgrade rating S&P atas AS Treasury Rating menjadi pemicu koreksi di bursa global, meski sebenarnya dengan rating AA+ masih kategori investment.

Momentum ini justru dimanfaatkan oleh pemerintah AS untuk menjual surat utang negara. Pasalnya, penurunan rating menyebabkan yield obligasi negara naik dan memicu demand. Pemerintah AS menjual lagi obligasi karena kenaikan debt limit hasil kesepakatan Kongres tidak maksimal.

"Apalagi dengan syarat memotong belanja anggaran yang tidak mungkin dilakukan di tengah ekonomi AS yang melambat." Situasi ini, imbuhnya, membuat secara perlahan terjadi capital reversal dari emerging market, termasuk Indonesia yang masih profit.

Adrian menilai, investor perlu melihat kenaikan IHSG di tengah koreksi pasar saham dunia, yang justru bisa menjadi pintu keluar dana-dana asing ke instrumen safe haven. Dengan harga minyak turun dan perlambatan ekonomi global, ada alternatif investasi terutama di saham-saham yang bisa hemat biaya energi dan orientasi pasar domestik.

Salah satunya sektor semen yang 30% biaya produksinya digunakan untuk belanja energi. Ini berarti, dengan turunnya harga minyak dunia, biaya bisa ditekan. Pilihannya adalah PT Indocement (INTP), PT Holcim Indonesia (SMCB) dan PT Semen Gresik (SMGR).

Saham lain pilihannya adalah PT Garuda (GIAA), yang terangkat oleh turunnya biaya bahan bakar. Sedangkan PT Indosat (ISAT) menarik karena utang dalam dolar AS sedikit. Hal ini didukung pasar domestik kuat, apalagi dengan penetrasi IT yang masih rendah.

Pada perdagangan Selasa (9/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 155,147 poin (3,00%) ke level 3.735,119, dengan intraday terendah di 3.590,94 dan tertinggi di 3.873,54. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia didukung volume transaksi sebesar 10,138 miliar lembar saham, senilai Rp 9,464 triliun dan frekuensi 223.733 kali.

Sebanyak 35 saham naik, sisanya 255 saham turun, dan 40 saham stagnan. Keluarnya dana asing, mengkontribusi pelemahan bursa, dimana nilai transaksi jual bersih (net foreign sell) mencapai Rp952 miliar. Rinciannya adalah transaksi jual sebesar Rp2,539 triliun dan transaksi beli mencapai Rp1,587 triliun. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar