Jumat, 16 September 2011

BUMI Tetap Menarik Meski Koreksi

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Saham BUMI, Jumat (16/9) diprediksi turun terimbas negatif dari asing yang masih berposisi net sell untuk tujuan average down. Rekomendasi, long term buy dengan target Rp3.700!

Pengamat pasar modal Irwan Ibrahim mengatakan, potensi pelemahan saham PT Bumi Resources (BUMI) hari ini terutama imbas negatif dari faktor market yang sedang dalam tekanan jual. Sebab, asing saat ini berada dalam posisi net sell.

Hal ini dilakukan asing untuk average down. Artinya, pada saat bursa saham global melemah, mereka kembali ke negara masing-masing untuk membeli saham-saham yang sudah murah di negaranya. Karena itu, sebagian dana mereka keluar dulu dari Indonesia.

“Tapi, peluang pelemahan saham BUMI sudah terbatas ke level support Rp2.550 dan Rp2.650 sebagai level resistance. Plus dan minus Rp50,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (15/9).

Pada perdagangan kemarin, saham BUMI ditutup melemah Rp25 (0,95%) ke level Rp2.600 dari posisi sebelumnya Rp2.625. Harga intraday tertingginya di level Rp2.650 dan terlemahnya Rp2.550. Volume transaksi mencapai 76,8 juta unit saham senilai Rp198,5 miliar dan frekuensi 2.595 kali.

Karena net sell asing itu, Irwan kembali menambahkan, dalam dua pekan terakhir terjadi capital outflow hingga Rp14 triliun dari pasar saham, obligasi dan pasar uang. Pekan lalu saja, capital outflow terjadi sebesar Rp7 triliun dari bursa saham.

Meski begitu, Irwan menegaskan, saham BUMI sangat menarik saat ini. Sebab, meski indeks melemah, harga minyak kembali naik mendekati level US$90 per barel. Dia memperkirakan, harga minyak berpeluang kembali naik ke level US$97-100 per barel.

Karena itu, harga batu bara juga sudah kembali naik lagi ke level US$124,32 per metric ton dari pekan sebelumnya US$122,46 berdasarkan harga mingguan di Newcastle. “Harga batu bara punya peluang kembali ke level US$150 per metrik ton pada awal 2012,” ungkap Irwan.

Kenaikan harga komoditas, menurutnya, dipicu oleh krisis utang di Eropa yang sudah di-absurd (diserap) oleh pasar sehingga mereka kembali fokus pada harga komoditas. Meskipun, secara ekonomi, Uni Eropa terutama Yunani, masih tetap krisis yang sebelumnya memicu anjloknya harga saham, minyak dan obligasi AS.

Setelah krisis Eropa difaktorkan pasar, harga komoditas naik termasuk minyak dan batu bara. Apalagi, dengan euro yang kembali menguat terhadap dolar AS. Dolar AS melemah, harga minyak dan batu bara bakal naik.

Pasalnya, kedua komoditas ini berada dalam denominasi dolar AS. Dari sisi mata uangnya, investor juga beralih ke komoditas. “Karena itu, saham BUMI menarik untuk long term. Hingga akhir 2011, target harga BUMI di level Rp3.400-3.700 per saham,” imbuh Irwan.[mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar