Jumat, 16 September 2011

Pasar SUN terpukul koreksi rupiah

Pasar SUN terpukul koreksi rupiah
JAKARTA. Koreksi nilai tukar rupiah turut menekan pasar obligasi domestik. Investor asing melepas surat utang negara setelah rupiah sempat merosot ke level Rp 9.110 per dollar Amerika Serikat, pada Rabu lalu (14/9).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, nilai kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) per 14 September 2011 sebesar Rp 245,92 triliun. Jumlahnya merosot Rp 4,62 triliun ketimbang dua hari sebelumnya (12/9) yang masih sebesar Rp 250,54 triliun.

Harga sejumlah SUN pada Rabu lalu sempat jatuh. Hal itu tecermin dari posisi indeks harian SUN yang terpangkas 1,1% menjadi 104,93.

Pemerintah tak tinggal diam melihat kejatuhan pasar SUN. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto mengajak 18 diler utama SUN untuk ikut menjaga stabilitas pasar. ”Kami berkoordinasi dengan 18 primary dealers SUN agar mereka tidak ikut terpancing melakukan panic selling,” katanya kepada KONTAN, kemarin (15/9).

Alasannya, volatilitas pasar bukan disebabkan faktor fundamental domestik, tapi sentimen negatif global. Pemerintah juga berkoordinasi dengan Bank Indonesia demi menjaga pasar surat berharga negara.

Buyback SUN

Selain itu, pemerintah telah menjalankan salah satu Protokol Manajemen Krisis atau Crisis Management Protocol (CMP). Yakni, pembelian kembali atau buyback obligasi negara senilai Rp 100 miliar, yang menyasar seri FR0030. SUN seri FR0030 jatuh tempo pada 15 Mei 2016.

Ariawan, Analis Obligasi BNI Securities, mengemukakan investor asing keluar dari pasar obligasi negara karena cemas kurs rupiah akan anjlok lebih tajam.”Karena khawatir mengalami risiko lebih jauh, investor asing melakukan cut loss (memangkas kerugian) akibat depresiasi dengan melepas SUN dan memegang dollar AS," tutur Ariawan kepada KONTAN, kemarin.

Meskipun melepas SUN, dia menilai investor asing masih tetap berada di pasar Indonesia. Indikasinya, pasar obligasi pemerintah yang berdenominasi dollar AS masih stabil. Dia mencontohkan, yield SBN berdenominasi dollar AS yang bertenor 10 tahun terlihat stabil di kisaran 4,0% hingga 4,1%.

"Harga untuk obligasi Indonesia dengan denominasi dollar AS masih tetap," papar Ariawan. Memang, harga obligasi yang berdenominasi rupiah turun dan yield-nya naik. Misalnya, yield SUN dengan tenor 10 tahun naik menjadi 7,15% dibandingkan posisi sebelumnya sebesar 6,8%.

Yang pasti, prospek SUN masih cerah. Surat utang Indonesia lebih menguntungkan ketimbang obligasi AS (US Treasury). Sebagai perbandingan, US Treasury bertenor 10 tahun menawarkan yield 2%, sedangkan SUN dengan tenor yang sama menjanjikan yield 7,15%.

I Made Adi Saputra, analis obligasi NC Securities, memprediksi investor asing masih keluar dari SUN dalam jangka pendek. Pasalnya, rupiah cenderung berfluktuasi. "Investor khawatir rupiah jatuh lebih dalam lagi. Saya perkirakan asing masih akan keluar, tapi tidak banyak," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar