Jumat, 16 September 2011

IHSG Flutuatif, Pilih Saham yang Sudah Terkoreksi

INILAH.COM, Jakarta – Kendati siang ini tampak menguat, pergerakan fluktuatif akan mewarnai bursa hingga penutupan. Saham-saham yang sudah terkoreksi tajam, bisa menjadi pilihan menarik.

Analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah memperkirakan, pergerakan indeks domestik hingga penutupan sore nanti akan fluktuatif. “Indeks akan bolak-balik dalam kisaran support 3.733 dan resistance 3.821,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (16/9).

Menurut Cece, fluktuatinfya pergerakan indeks hari ini salah satunya masih dipicu oleh pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan investor asing masih dalam posisi net sell. Nilai tukar rupiah pada pukul 11.00 WIB melemah ke level 8.790 dari sesi pembukaan di level 8.760 per dolar AS. “Itulah yang telah membuat IHSG turun 5,88% dalam lima hari terakhir,” ujar Cece.

Memang, dia mengatakan, indeks dibuka menguat karena bursa regional menguat di atas 1-2% sehingga bisa saja indeks mendarat pada teritori positif hari ini. Kondisi itu, dipicu oleh adanya harapan perbaikan sentiment atas penyelesaian utang di Eropa.

Harapan itu muncul, setelah European Central Bank (ECB) berkoordinasi dengan The Fed, Bank of England, Bank of Japan dan Swiss National Bank untuk menyediakan fasilitas pendanaan dolar untuk bank-bank di Eropa yang bermasalah. “Tapi, sepanjang perdagangan berpeluang fluktuatif,” timpalnya.

Apalagi, lanjut dia, investor asing dua hari terakhir terus berposisi net sell dalam jumlah besar. Pada Kamis (15/9) net sell asing mencapai Rp1,7 triliun dan sehari sebelumnya Rp1,4 triliun. “Untuk sementara, asing memarkir dananya dalam asset-aset dolar AS,” paparnya.

Dalam situasi ini, Cece merekomendasikan positif saham-saham yang sudah turun tajam dan jadi penggerak indeks hari ini. Terutama, saham-saham pada grup Astra, sektor konsumsi, perbankan, pertambangan dan properti.

Saham-saham pilihannya adalah PT Astra Internasional (ASII), PT Unilever Indonesia (UNVR), PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN), dan PT Indofood Sukses Makmur (INDF). Lalu, PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Central Asia (BBCA), dan PT Bank Negara Indoensia (BBNI).

PT Indo Tambang Raya (ITMG) dan PT International Nickel Indonesia (INCO). PT Agung Podomoro Land (APLN), PT Ciputra Development (CTRA), PT Ciputra Property (CTRP) dan PT Alam Sutera Realty (ASRI). “Saya rekomendasikan sell on strength saham-saham tersebut ketika terjadi penguatan dan buy on weakness saat melemah karena market-nya fluktuatif,” imbuh Cece. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar