Jumat, 16 September 2011

Jaga pertumbuhan, AALI masuk perkebunan tebu

Jaga pertumbuhan, AALI masuk perkebunan tebu
JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terus merosot. Mengutip Bloomberg, kontrak harga CPO untuk November 2011 di pasar Malaysia Derivative Exchange sebesar US$ 987 per ton. Posisi ini lebih rendah 22,5% dibandingkan harga CPO di awal 2011 sebesar US$ 1.210.

Meski begitu, analis melihat kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) tidak akan terpukul oleh kondisi ini. Willy Gunawan, analis Andalan Artha Advisindo Sekuritas, melihat harga jual rata-rata (ASP) CPO AALI masih stabil. "AALI diuntungkan dengan kenaikan tahunan harga CPO 20%," kata dia, kemarin (15/9).

Dalam catatan Willy, ASP pada kuartal II-2011 sebesar Rp 8.013 per kilogram (kg) alias turun tipis 3,2% dari kuartal I-2011. Namun, dibandingkan ASP pada semester I-2010, harga tahun ini masih lebih tinggi 21,6%.

Willy menilai volume produksi AALI juga tidak kendur. Lahan yang ditanami pada tahun 2006-2007 dan ditopang cuaca yang baik, kini sudah mulai menghasilkan.

Sheila Yovita, Analis Onix Capital, menilai, penurunan harga CPO saat ini masih wajar. Menurut dia, harga konservatif saat ini memang berada di kisaran US$ 1.000 per ton. "Dengan kisaran harga ini, AALI bisa menjaga kestabilan kinerjanya," imbuhnya.

Sheila mengitung, AALI bisa mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 22,87% tahun ini menjadi Rp 10,87 triliun. Sedangkan laba bersih diproyeksikan tumbuh 31,53%.

Selain produksi AALI yang terus meningkat, menurut analis Ciptadana Securities Fadil Kencana, permintaan yang tetap tinggi di sisa tahun ini akan menjaga harga CPO.

Lahan terbatas

Sementara keterbatasan landbank akan mendorong AALI mengakuisisi lahan baru. Maklum, dari total lahan seluas 221.356 hektare (ha), total lahan tertanamnya sudah 207.444 ha atau sekitar 93%.

Yang terbaru, AALI mencari lahan di Sulawesi dan Papua. Mereka akan mengakuisisi lahan di Papua seluas 20.000 ha untuk kebun tebu.

Sheila dan Willy menilai kemampuan dan pengalaman AALI memungkinkan untuk berekspansi lebih jauh di industri perkebunan. Willy melihat persaingan bisnis tebu tidak besar sehingga menguntungkan AALI. Namun, margin olahan tebu yaitu gula tidak terlalu besar, sehingga kurang memberikan keuntungan.

Untuk menanam tebu, memang perlu lahan lebih luas dibandingkan CPO atau karet. Tapi, menurut Willy, regenerasi tebu lebih cepat sehingga memungkinkan pertumbuhan pendapatan makin melaju.

Sheila menilai pertumbuhan AALI sangat tergantung pada akuisisi lahan. Rencana perusahaan akan berlarut-larut kalau niat mengakuisisi lahan baru menemui hambatan.

Sedangkan diversifikasi kebun tebu belum akan berdampak dalam jangka waktu dekat. Bahkan, lahan baru yang diakuisisi nantinya juga dipertimbangkan untuk CPO. Sheila melihat, lahan baru yang diakuisisi AALI nantinya bisa digunakan juga untuk kebun CPO.

Melihat pada niat AALI untuk ekspansi yang masih rencana, Sheila menilai AALI masih akan tetap fokus pada bisnis CPO. Sheila memberikan rekomendasi hold untuk saham ini dengan target harga wajar AALI Rp 24.350 per saham. Harga wajar AALI hitungan Fadil adalah Rp 25.400 per saham.

Willy memberi rekomendasi buy dengan harga wajar Rp 29.513 karena menilai kinerja AALI kuat. Kemarin, harga AALI tidak berubah dibanding hari sebelumnya Rp 21.800 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar