Selasa, 02 Agustus 2011

Debt Ceiling AS Masih Pacu Rupiah Perkasa

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (2/8) diprediksi menguat. Lolosnya debt ceiling pada Parlemen AS masih jadi katalisnya.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, rupiah masih akan melanjutkan penguatan seiring positifnya sentimen dari AS. Sebab, logikanya, jika kenaikan AS lolos dari dua chamber (Senat dan Kongres AS), seharusnya memberikan sentimen positif untuk pasar.

Menurutnya, target terdekat penguatan rupiah adalah 8.440 yang merupakan level terkuat pada Maret 2004. "Jika level tersebut tembus ke bawah, rupiah berpeluang menguat ke level 8.400 pekan ini. Sedangkan potensi pelemahannya terbatas di level 8.480 untuk Selasa (2/8) ini dan 8.500 untuk pekan ini," katanya kepada INILAH.COM.

Hanya saja, lanjut Firman, meski parlemen AS menyetujui kenaikan batas atas utang, pasar harus melihat reaksi dari lembaga pemeringkat atas kesepakatan tersebut, apakah berbagai lembaga pemeringkat itu puas atau tidak atas lolosnya kebijakan tersebut. "Sejauh ini, lembaga rating belum memberikan statemen. Mungkin baru akan keluar setelah program debt ceiling AS diloloskan," ungkapnya.

Tapi, lanjutnya, efek dari kebijakan ini terhadap dolar AS, bisa melemahkan mata uang AS itu. Sebab, kebijakan itu akan menambah jumlah utang AS yang akan beredar di market. "Tapi, beberapa lembaga rating mungkin akan mengubah outlook rating AS menjadi negatif meski peringkatnya dipertahankan di level AAA," imbuh Firman.

Apalagi, lanjutnya, secara umum sentimen global belum pasti. Meski keraguan atas debt ceiling AS sudah hilang, pasar masih sensitif atas data-data AS yang dirilis. "Sebab, data pertumbuhan AS dan non-farm payroll yang dirilis sebelumnya menunjukkan perlambatan," paparnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (1/8) ditutup menguat 40 poin (0,47%) ke level 8.455/8.465 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar