Selasa, 02 Agustus 2011

Penguatan rupiah tertahan kekhawatiran perlambatan ekonomi AS dan China

Penguatan rupiah tertahan kekhawatiran perlambatan ekonomi AS dan China
JAKARTA. Rupiah melemah tipis dari level rekor terkuat tujuh tahun. Hal ini lantaran minat beli terhadap aset berimbal hasil lebih tinggi tertahan oleh kekhawatiran melambatnya perekonomian AS dan China.

Mata uang Garuda diperdagangkan melemah 0,1% ke level Rp 8.467 per dollar AS, hingga pukul 11.01 di Jakarta. Kemarin, rupiah menguat 0,5% dan menyentuh Rp 8.453 per dollar AS yang merupakan level terkuat sejak Maret 2004.

Laporan dari Institute for Supply Management menunjukkan pertumbuhan manufaktur AS per Juli turun ke 50,9, dari bulan sebelumnya di 55,3. Ini pertumbuhan paling lambat sejak Juli 2009. Sementara, data HSBC Holdings Plc dan Markit Economics menunjukkan, produksi pabrik di Cina pada Juli lalu turun ke 49,3, dari bulan sebelumnya di 50,1.

Suku bunga acuan di Indonesia berada di 6,75%, dibandingkan dengan suku bunga AS di 0% dan kawasan Euro sebesar 1,5%. Tingginya suku bunga Indonesia mendorong rupiah sudah menguat 6% di tahun ini. Kepemilikan asing di surat utang negara naik 26% di tahun ini menjadi Rp 247,51 triliun hingga 28 Juli lalu.

Kepala riset mata uang dari Malayan Banking Bhd Saktiandi Supaat menyebut, ada kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global. "Namun, rupiah mendapat dukungan yang bagus. Ada banyak daya tarik dalam mata uang berimbal hasil tinggi," ujarnya di Singapura, hari ini.

Dia memprediksi rupiah mungkin akan menguat ke posisi Rp 8.400 per dollar AS di akhir tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar