Senin, 15 Agustus 2011

IHSG Pekan Ini: Jika Tidak Sideways, Bearish!

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Laju IHSG pekan ini, berpotensi (reversal) naik tapi belum aman sebelum level 3.900 ditembus. Hanya saja, level tersebut semata mengkonfirmasi penguatan bukan bullish.

Technical analyst dari Jsxpro.com Tommy Yu mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ^JKSE) memiliki support kuat di level 3.850-3.860 dan 3.900 sebagai level resistance-nya. Menurutnya, level-level tersebut memang merupakan level kritis.

Sebelumnya, lanjut Tommy, indeks diuji dengan ditutup di dekat level tersebut. Jadi, level 3.850-3.860 merupakan level support jangka panjangnya. Akhir pekan lalu, memang candle IHSG cukup baik, tapi tidak cukup untuk mengatakan, IHSG akan berlanjut naik. “Jadi, memang ada potensi penguatan indeks tapi belum sepenuhnya aman (bisa turun kembali) sebelum 3.900 ditembus,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (14/8).

Pada perdagangan Jumat (12/8), IHSG ditutup menguat 21,161 poin (0,54%) ke level 3.890,526, dengan intraday tertinggi di 3.926,55 dan terendah di 3.864,42. Demikian pula indeks saham unggulan LQ45 yang naik 3,309 poin (0,48%) ke level 689,603.

Menurut Tommy, setelah ditutup di level 3.890,526 akhir pekan lalu, indeks harus tembus 3.900 untuk mengkonfirmasi level aman, melanjutkan kenaikan. Ini pun, hanya reversal (balik arah) naik bukan ‘bullish’. “Jadi, posisi IHSG saat ini masih rawan koreksi sehingga belum terlalu aman untuk masuk,” ujarnya. “Jika kembali ke atas 3.900 baru bisa bernafas lega.”

Secara teknikal, menurut Tommy, setelah indeks anjlok tajam, akan ada perubahan tren dari sebelumnya up trend. Entah nantinya akan kembali ke bullish, sideways terlebih dahulu, atau justru yang terjadi adalah bearish. “Untuk saat ini, kemungkinannya ada dua: IHSG sideways atau bearish,” tandasnya.

Dia menegaskan, IHSG saat ini sedang mencari perubahan arah tren. Menurutnya, jika pekan ini indeks tidak bearish melainkan sideways terlebih dahulu, bisa ke arah bullish atau bearish nantinya. “Itu harus dilihat dalam 1-2 bulan atau sekitar 20 candle pada awal hingga pertengahan September 2011,” ucapnya.

Tapi, jika dilihat dari sentimennya, anjloknya IHSG lebih dipicu oleh faktor krisis utang di AS dan Eropa. Karena itu, setelah IHSG sideways, seharusnya akan segera balik arah bullish. Tapi, market AS saat ini dalam posisi bearish sehingga pergerakan Dow Jones pun akan semakin turun. “Sebab, Dow Jones sudah Down Trend setelah menembus level 12.000 ke bawah karena posisi up trend-nya terpatahkan,” tandasnya.

Jadi, lanjut Tommy, Dow beralih dari up trend ke down trend dan saat ini dipastikan Dow Jones dalam posisi bearish. Dalam time frame dua-tiga bulan, bisa saja Dow mantul ke atas, tapi kemudian akan turun lebih dalam lagi. “Hanya saja, IHSG cukup kuat dari hantaman negatifnya sentiment bearish bursa AS,” timpalnya.

Sebab, level support IHSG di angka 3.850 akan susah untuk ditembus ke bawah dan level resistance 3.900 justru bisa segera ditembus ke atas. Tapi, lagi-lagi secara teknikal, posisi IHSG belum aman. “Karena itu, IHSG seharusnya naik jika Dow Jones tidak mengulangi kerontokannya hingga 500 poin dalam sehari perdagangan,” ucapnya.

Dalam situasi ini, untuk sementara bagi pelaku pasar yang konservatif, Tommy masih merekomendasikan wait and see (lebih baik memegang cash). Sebab, untuk saat ini tidak ada keberanian membicarakan bullish market, karena sedang hancur-hancuran.

Baru, bisa dikatakan bullish, jika indeks bergerak rally terus seperti yang terjadi pada pertengahan Juni 2011. Setelah anjlok dalam, tidak ada yang berani mengatakan bullish. “Dalam situasi ini, bursa saham hanya selalu memberikan kesempatan bagi trader (jangka pendek),” ujarnya.

Hanya saja, bagi investor jangka panjang, bisa mengambil posisi pada beberapa saham yang sudah jatuh dalam seperti PT Astra Internasional (ASII), PT United Tractors (UNTR) dan PT Astra Otoparts (AUTO). “Saham-saham di grup Astra berpeluang balik arah menguat lebih dulu,” ungkapnya.

Dia juga merekomendasikan, saham-saham yang bandel dari pengaruh eksternal yakni sektor konsumsi seperti PT Indofood Sukses Makmur (INDF) dan PT Unilever Indonesia (UNVR). “Consumer good dan Astra untuk long term, karena lebih aman. Saya rekomendasikan buy on weakness saham-saham tersebut untuk investor,” imbuhnya.

Sedangkan untuk trading, bisa bermain pada saham-saham spekulatif di sektor pertambangan. Tapi, dia mewanti-wanti, bahwa langkah ini hanya untuk trading. Menurutnya, saham-saham tambang, meski masih dalam posisi down trend, ada peluang memecahkan level down trend-nya itu.

Saham-saham pilihannya adalah PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), PT Antam (ANTM) , PT Timah (TINS), dan sham secondliner seperti PT AKR Corporindo (AKRA). “Trading buy saham-saham itu,” imbuh Tommy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar