Senin, 15 Agustus 2011

Impor India kerek harga minyak sawit

Impor India kerek harga minyak sawit
JAKARTA. Reli harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diprediksi akan berlanjut selama pekan ini. Ekspektasi itu antara lain didukung proyeksi kenaikan permintaan CPO dari India.

Sejumlah dealer memperkirakan harga CPO di Bursa Berjangka Malaysia (MDEX) akan terkerek kenaikan ekspor Malaysia pada paruh kedua bulan ini. "Harga CPO untuk kontrak Oktober selama pekan ini mungkin di kisaran RM 3.050 hingga RM 3.150 per ton," ucap seorang dealer komoditas yang dikutip Bloomberg, Sabtu (13/8) lalu.

Harga CPO menanjak selama empat hari berturut-turut dan ditutup US$ 1.004,33 per ton, Jumat (12/8) pekan lalu. Apabila dihitung dalam sepekan terakhir, harga komoditas ini melemah 0,75%. Mengacu data akhir pekan lalu, volume transaksi mingguan CPO di Bursa Berjangka Malaysia meningkat 29,65% menjadi 151.415 lot.

Di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), kontrak harian CPO pada Jumat lalu juga naik 0,35% menjadi Rp 8.645 per kilogram.

Kenaikan harga CPO belakangan ini dipicu meningkatnya permintaan, khususnya dari India, yang merupakan importir terbesar minyak sawit mentah di dunia.

Sejumlah analis yang menjadi responden Bloomberg memperkirakan, impor CPO India kemungkinan akan menembus rekornya, yakni tumbuh setinggi 10% menjadi 7 juta ton pada tahun ini yang berakhir 31 Oktober 2011. Daya beli masyarakat di negara itu terus menanjak dan mengerek permintaan atas produk makanan olahan.

"Apabila hasil panen komoditas lokal terbentur kendala, India akan lebih banyak membutuhkan impor CPO. Hal ini menyebabkan harga meningkat," tutur Donny Khor, senior vice president for futures and options OSK Investment Bank Bhd. di Kuala Lumpur.

Harga terus naik

Lahan tertanam untuk komoditas kacang di India diprediksi menurun 10% menjadi 4,53 juta hektare (ha) dari 4,98 juta ha di tahun lalu. GG Patel & Nikhil Research Co. menduga, para petani beralih menanam kapas setelah harga serat menyentuh rekor.

B.V. Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors’ Association of India, menyatakan, kondisi tersebut bakal mendongkrak impor CPO lantaran kacang lebih banyak menghasilkan minyak ketimbang kedelai.

Permintaan CPO di negara emerging market terus menguat. Di sisi lain, komoditas ini semakin populer di negara maju. Apalagi, pasokan minyak nabati lainnya, seperti kacang dan kedelai, cenderung terbatas hingga menjaga harga pasar tetap tinggi.

Persediaan minyak sawit mentah di Malaysia, misalnya, pada bulan Juli menurun menjadi 2 juta ton dari bulan sebelumnya 2,05 juta ton. Jumlah stok tersebut lebih rendah dari estimasi sejumlah analis yang memprediksi sebanyak 2,07 juta ton.

Di periode yang sama, produksi CPO Malaysia, menurun 0,1% menjadi 1,75 juta ton, sementara ekspor menyentuh rekor dengan pertumbuhan 9,1% menjadi 1,73 ton ton.

Suluh Adil Wicaksono, analis Asia Kapitalindo Futures berpendapat, tren harga CPO dalam jangka panjang masih tetap terjaga dan tidak akan mengalami penurunan secara signifikan. Permintaan CPO di dunia akan terus mengalir, terutama dari India dan China, serta masih menjadi sumber utama produksi makanan di wilayah Asia. Suluh memprediksi, harga CPO akan bertahan di kisaran RM 3.000 - RM 3.100 per ton.

Ibrahim, analis senior Harvest International Futures sebelumnya memperkirakan harga CPO hingga akhir September di level RM 3.150 per ton. "Permintaan CPO akan meningkat terutama selama bulan puasa," ucap dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar