Senin, 15 Agustus 2011

Pasar Layak Cemas atas Italia?

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Italia merupakan pasar obligasi terbesar di dunia dan obligasi senilai US$192,2 miliar euro jatuh tempo tahun ini. Jika di-bailout, beban Uni Eropa jauh lebih berat dibandingkan Yunani.

Analis Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, rating utang negara-negara besar Eropa masih berada dalalm tripele-A (AAA) seperti Jerman, Perancis, Inggris dan Belanda. Spanyol, berada dua tingkat di bawahnya yakni double-A (AA) dengan outlook negatif menurut Standard & Poor’s Rating Service (S&P). Italia lebih rendah lagi, A+ (empat tingkat di bawah AAA) dengan outlook yang juga negatif.

Menurutnya, rata-rata rasio utang negara-negara anggota Uni Eropa mencapai 80% terhadap Gross Domestic Product (GDP). Sejak krisis 2008, negara-negara Eropa ‘jor-joran’ menerbitkan obligasi untuk membiayai ekonominya. “Sekarang, surat-surat utang itu sudah jatuh tempo. Mereka membayarnya, tidak dengan uang tunai, melainkan dengan kembali menjual obligasi baru,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (12/8).

Karena itu, lanjut Ariston, dengan tingkat GDP yang masih kecil, tipis di atas 1%, tidak cukup untuk membayar semua utangnya itu. Hanya Jerman yang memiliki pertumbuhan cukup kuat 5,2% pada Maret 2011 karena faktor ekspor .Begitu juga Perancis di level 2,2%. “Meski utang Jerman besar, tapi memiliki pemasukan sehingga pasar tidak terlalu khawatir atas Jerman dengan total GDP senilai US$2,94 triliun,” paparnya.

Selebihnya, revenue dari perdagangannya tidak cukup untuk bayar utang. Karena itu, negara-negara di Eropa harus mencari sumber pemasukan yang lain di dalam negeri seperti kenaikan pajak. Jika pajak tak lagi mumpuni, mereka mulai memangkas anggaran.

Yang dikhawatirkan oleh lembaga pemeringkat adalah negara-negara ini tidak cukup melakukan pemangkasan anggaran dan tidak cukup mendapatkan revenue sehingga lembaga pemeringkat bersiap-siap untuk down grade.

Sementara itu, lanjutnya, Inggris cukup tahan dari gejolak zona euro karena secara moneter terpisah dari Uni Eropa. Yang paling dikhawatirkan adalah PIIGS (Portugal, Irlandia, Italia, Greek (Yunani) dan Spayol).

Rasio utang Yunani paling tinggi di Uni Eropa sebesar 142,8% terhadap GDP yang nilainya sebesar US$356 miliar berdasarkan data Bank Dunia dengan peringkat utang di level ‘junk’ atau sampah.

Italia menempati rangking dua sebesar 119% terhadap GDP yang hanya tumbuh 0,8% (year on year) per Juni 2011 dengan nilai US$2,3 triliun. Bandingkan dengan PDB AS US$14,6 triliun perkiraan tahun 2011. Rating utang Italia di level A+.

Rasio utang Spanyol sebesar 60,1% dari GDP senilai US$1,6 triliun dengan peringkat AA. Tapi, berdasar data CIA (Central Intelligence Agency) agen rahasia pemerintah Amerika Serikat, PDB Italia sebesar US$1,77 triliun dan PDB Spanyol sebesar US$1,36 triliun.

Sementara itu, rasio utang Portugal sebesar 93% dengan nilai GDP US$247 miliar dan peringkat utang ‘junk’. Lalu, rasio utang Irlandia 96,2% dengan peringkat utang ‘junk’dan GDP Finlandia sebesar US$186 miliar. “Karena di level sampah, mereka kesusahan menjual kembali obligasinya,” imbuhnya.

Ariston menjelaskan, Italia merupakan negara terbesar ketiga di zona euro dan posisi keempat Spanyol. Jika kedua negara ini terkena krisis utang, beban bailout bagi Uni Eropa jauh lebih besar dibandingkan Yunani.

Mengapa pasar cemas atas Italia? Sebab, Italia merupakan pasar obligasi paling besar di dunia. Berdasarkan data Thomson Reuters, pasar obligasi Italia mencapai 23,4% dari total obligasi pemerintah di zona euro yang beredar di pasaran.

Bandingkan dengan Spanyol yang hanya 8,6%, Portugal 3,7%, Irlandia 1,8%, Yunani 1,7% dan Belgia 4,4%. “Karena pasar obligasi Italia paling besar, negara ini paling dicemaskan pasar. Sebab, obligasi adalah utang,” tandasnya.

Ariston memaparkan, Italia pengutang besar dengan tingkat defisit yang tinggi. Kondisi ini, kontras dengan tingkat pertumbuhan yang kecil 0,8%. Karena itu, Italia tidak akan sanggup untuk membayar utang-utangnya itu. “Pasar obligasi Italia merupakan yang terbesar di dunia,” tandasnya.

Menurut data Bank Dunia, pada 2011, Italia memiliki obligasi jatuh tempo sebesar 192,2 miliar euro. Spanyol lebih kecil 84 miliar euro dan Yunani lebih kecil lagi 31,3 miliar euro. “Pasar sedang mencari bulan apa jatuh tempo-nya itu,” paparnya. “Ini akan mengguncang market karena ini yang paling dicemaskan pasar.”

Di atas semua itu, pasar khawatir terjadi krisis yang lebih besar. Sebab, pada saat Yunani perlu bailout kedua, Uni Eropa kebingungan. “Apalagi, jika Italia dan Spayol default (gagal bayar) sehingga butuh bailout,” imbuh Ariston. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar