Kamis, 18 Agustus 2011

Indikasi Memburuk, Mata Uang Asia Terkoreksi

Headline
INILAH.COM, Jakarta- Mata uang Asia melemah , dipimpin dolar Singapura dan rupiah Indonesia. Hal ini dipicu data ekonomi yang mengindikasikan prospek yang lebih lemah untuk kawasan.

Indeks Dollar Asia Bloomberg-JPMorgan pada Kamis (18/8) jatuh terdalam untuk sepekan karena beberapa faktor. Seperti laporan yang menunjukkan ekspor Jepang menyusut lebih dari estimasi ekonom, pertumbuhan ekonomi Malaysia di laju paling lambat sejak 2009 serta merosotnya penjualan luar negeri Singapura pertama kalinya dalam tiga bulan.

Morgan Stanley dan Deutsche Bank AG juga memangkas perkiraan untuk pertumbuhan China atas kekhawatiran ekspor akan melambat karena memburuknya prospek ekonomi global.

"Struktur ekonomi kita cenderung mengarah ke sektor eksternal dan ketika ada kekhawatiran tentang permintaan luar negeri, kita khawatir tentang ekspor," kata Nalin Chutchotitham, analis pasar di Kasikornbank Pcl di Bangkok. "Ini membebani mata uang regional."

Dolar Singapura turun 0,4% menjadi 1,2066 per dolar AS pada 10:45 waktu setempat, siap untuk penurunan terbesar dalam dua pekan. Rupiah turun 0,2% menjadi 8.533 dan ringgit Malaysia turun 0,1% menjadi 2,9765 per dolar AS, terkoreksi dari level tertinggi dua pekan.

Indeks saham MSCI Asia Pacific turun 0,7%, menghentikan kenaikan dalam tiga hari. Ekspor Jepang turun 3,3% pada Juli dari tahun sebelumnya. Perkiraan median dari 24 ekonom yang disurvei Bloomberg adalah penurunan 2,6%, setelah koreksi 1,6% pada Juni.

Mata uang Indonesia melemah untuk pertama kalinya dalam empat hari, karena indeks saham nasional (IHSG) naik 1,2%. "Saham Asia turun dan memberi tekanan pada rupiah," ujar Mika Martumpal, analis mata uang di Commonwealth Bank di Jakarta.

Penjualan luar negeri Singapura menyusut 2,8% bulan lalu dari tahun sebelumnya. Sementara produk domestik bruto Malaysia naik 4% pada kuartal terakhir, setelah naik 4,9% tiga bulan sebelumnya.

"Dengan PDB lebih lambat dan inflasi, kemungkinan kenaikan suku bunga telah berkurang," kata Nik M. Khairul, dealer treasury di Asian Finance Bank Bhd, Kuala Lumpur. "Ringgit tidak dapat diharapkan menguat sangat cepat sekarang."

Yuan turun 0,03% menjadi 6,3888 per dolar di Shanghai setelah Morgan Stanley memangkas perkiraan PDB 2012 untuk China menjadi 8,7% dari sebelumnya 9%, seraya mengatakan perekonomian terbesar di Asia tidak akan terisolasi dari perlambatan di AS dan Eropa. Sedangkan Deutsche Bank menurunkan prediksi untuk ekspansi tahun ini menjadi 8,9% dari 9,1%.

Pertumbuhan perdagangan China akan melambat pada semester kedua dan pengetatan fiskal di negara-negara Barat berarti permintaan mereka akan berkurang. Hal ini diungkapkan Menteri Perdagangan Chen Deming di Hong Kong. China merupakan eksportir terbesar dunia dan penyumbang terbesar ekspansi ekonomi global.

Di tempat lain, Peso Filipina turun 0,1% menjadi 42,478 per dolar dan baht Thailand turun 0,1% menjadi 29,88. Dolar Taiwan sedikit berubah pada 28,956 dan won Korea Selatan berada di 1,071.85 per dolar AS. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar