Kamis, 18 Agustus 2011

Integrasi Mata Uang Asia Masih Jauh

Sydney - Integrasi mata uang Asia mungkin dilakukan tetapi masih jauh, termasuk angan-angan apakah mata uang China, yuan akan bergabung dengan mata uang regional itu.

Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Bank Pembangunan Asia Haruhiko Kuroda Dalam sebuah wawancara dengan Australian Financial Review seperti dikutip dari AFP, Kamis (18/8/2011).

"Dalam 40, 50, atau 60 tahun mungkin ada mata uang bersama di beberapa bagian Asia timur atau bahkan lebih luas dari itu," kata Kuroda.

Ide mata uang tunggal untuk Asia dan integrasi ekonomi di wilayah ini pertama kali disebut-sebut setelah krisis keuangan pada tahun 1997-1998. Tetapi masalah baru-baru ini terlihat di zona euro, dengan dana talangan negara-negara seperti Yunani dan Irlandia, telah menyebabkan pelemahan mata uang bersama di wilayah tersebut.

Kuroda mengaku tidak berpikir yuan atau yen Jepang akan muncul sebagai mata uang Asia tunggal atau mengambil peran dari dolar AS di kawasan itu.

"Saya cenderung berpikir bahwa di Asia, tidak yen atau yuan atau mata uang nasional lainnya akan menjadi sangat banyak digunakan (seperti dolar AS).”

"Jika Asia memiliki mata uang bersama itu akan seperti apa yang Anda sebut mata uang buatan atau yang disetujui seperti euro," tambahnya.

Lembaga keuangan yang berbasis di Manila itu sebelumnya telah menyampaikan dukungannya terhadap mata uang Asia, tetapi lebih terfokus pada perdagangan yang baru dan integrasi investasi. Kuroda telah di Australia untuk bertemu dengan Perdana Menteri Julia Gillard dan Gubernur Reserve Bank Glenn Stevens.

(qom/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar