Kamis, 18 Agustus 2011

Saham ADRO Bisa Jadi Pilihan

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Saham PT Adaro Energy (ADRO) masih mendapat rekomendasi positif. Hal ini didukung harga jual rata-rata dan meningkatnya permintaan dunia.

Analis Samuel sekuritas Christine Salim salah satunya. Ia merekomendasikan saham ADRO, karena kinerja paruh pertama 2011 secara keseluruhan lebih tinggi dari ekspektasi dan konsensus. Adapun koreksi yang terjadi di pasar, sebaiknya dijadikan momentum untuk mengakumulasi,“Maintain buy untuk ADRO dengan target harga sebesar Rp2.800 per saham, mengimplikasikan PER 2012 sebesar 14,1 kali,” ujarnya.

Menurut Christine, saham ADRO masih underperformed terhadap IHSG sebesar 15,7% sejak awal tahun. Saat ini ADRO diperdagangkan pada PE 2012 sebesar 11,8 kali dan EV/EBITDA sebesar 5,2 kali.

Tekanan jual di pasar pun diperkirakan masih akan berlangsung secara temporer, mengantisipasi biaya non operasional yang bakal muncul di kuartal tiga 2011. “Namun secara fundamental, Adaro masih berprospek menarik, ditopang harga batubara yang kuat dan rencana ekspansi organic maupun non-organic.”

ADRO mencatat laba bersih sebesar US$268 juta pada semester pertama 2011, melonjak 104% YoY atau 46% qoq. Sementara penjualan naik 36% YoY atau 34% qoq menjadi US$1,771 juta dan EBITDA naik 37% YoY mencapai US$626 juta, dengan margin operasi sebesar 30,3%. “Laba bersih dan penjualan ADRO mewakili 53% dan 51% dari target 2011 kami,” ujarnya.

Adapun volume penjualan mencapai 24,02 juta ton, naik 10,4% YoY dan harga jual rata-rata meningkat 23% YoY mencapai US$73.7/ton. Namun cash cost relatif tinggi, naik 23% YoY mencapai US$40/ton karena kenaikan harga minyak dan strip ratio.

Christine menuturkan, volume produksi batubara perseroan semester pertama ini mencapai 22,8 juta ton, atau naik 5,5% YoY. “Pencapaian ini mewakili 48,5% dari target 2011, sehingga kami optimis target produksi sebesar 47 juta ton dapat tercapai,” katanya.

Sedangkan harga jual rata-rata mengalami kenaikan setelah negosiasi harga jual baru di kuartal dua 2011 yang berlaku retroaktif dari kuartal pertama 2011. “Asumsi harga jual kami adalah US$72.1/ton di 2011,”imbuhnya.

Kinerja operasional ADRO untuk semester kedua 2011 diperkirakan mengalami peningkatan, seiring naiknya volume produksi batubara. Namun biaya non operasional dikhawatirkan naik, menyusul pembayaran klaim customer sebesar US$153 juta pada Agustus 2011. “Hal ini akan berdampak pada penurunan laba bersih di kuartal tiga 2011,” ucapnya.

Senada dengan Haryajid Ramelan yang melihat saham ADRO masih prospektif. Harga jual rata-rata batu bara pada tahun ini yang terus meningkat menjadi katalisnya. “Demikian juga meningkatnya permintaan dunia, seiring membaiknya ekonomi global,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar