Jumat, 12 Agustus 2011

Krisis Eropa Lebih Berat Dibanding Krisis AS

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Krisis di Amerika yang sedang terjadi dianggap tidak terlalu berat dibandingkan krisis Eropa.

Demikian disampaikan Senior Economist Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan di Jakarta, Jumat (12/8). "Amerika sebetulnya masalah fundamentalnya tidak sepelik Eropa tapi ada masalah politik," tukasnya.

Menurut Fauzi, kondisi pertentangan politik di Amreika antara Partai Deokrat yang menguasai Gedung Putih dan Partai Republik di DPR membuat khawatir investor. "Pada 2 Agustus lalu plafon pinjaman piutang Amerika tembus. Untuk meningkatkan plafon tersebut kongres harus setuju meningkatkan plafon," ujarnya.

"Karena deadlock itu begitu politis S&P menuruntan tingkat risiko Amerika menjadi AA+ dengan outlook negatif. Artinya, jika dalam waktu 9 bulan sangat mungkin S&P menurunkan lagi peingkat Amerika," imbuhnya.

Ditambahkan Fauzi, soal krisis Eropa berbicara dahulu mengenai Yunnani. "Yunani pemerintahannya punya utang 330 miliar euro. Itu sekitar 150% dari PDB Yunani. Sementara di Indonesia rasionya sekitar 26%. Dan di Eropa itu sekitar 50%," ucapnya.

Untuk memangkas rasio dari 150% menjadi 60%, lanjutnya, pemerintah Yunani harus melakukan hair cut.

"Utang sekitar 70%. Jadi artinya dari 330 miliar euro pemerintah Yunani harus membayar 100 miliar euro. Ini baru Yunanai di luar Portugal dan Irlandia. Sekarang ini ada masalah Spanyol dan Itali dan kemungkinan Prancis meski saat ini lembaga pemeringkat risiko tetap menetapkan bahwa Prancis tingkat risiko masih triple A," tuturnya.

"Sekarang yang menjadi masalah kalau terjadi restrukturisasi besar-besaran oleh pemerintah Yunani, Pemerintah Irlandia, yang akan terpuruk adalah perbankan Eropa terutama perbankan Prancis dan Jerman karena perbankan Prancis dan Jerman membeli atau menyimpan surat utang untuk negara-negara Eropa sendiri. sehingga yang dilakukan masyarakat uni Eropa, IMF dan bank sentral Eropa membailout sementara Yunani Iralndia untuk memberi waktu perbankan Eropa untuk melakukan fund rising sehingga modal tier I nya meningkat. sehingga suatu saat itu haru melakukan right off defisit perbankan Eropa tidak bangkrut," bebernya. [hid]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar