Jumat, 12 Agustus 2011

'Short Selling' Dilarang, Market 'Adem'

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Rupiah dan IHSG berhasil mendarat di teritori positif. Kecemasan pasar atas perlambatan ekonomi AS dan krisis utang Eropa sedikit teredam oleh larangan ‘short selling’ di Eropa.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures mengatakan, penguatan tipis rupiah hari ini dipicu oleh pasar yang sudah mulai stabil. Menurutnya, kepanikan pasar mulai mereda setelah data klaim pengangguran AS cukup bagus.

Klaim tunjangan pengangguran AS, turun 7.000 dalam pekan yang berakhir 6 Agustus 2011 ke angka 395.000. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.532 dan 8.555 sebagai level terlemahnya dari level pembukaan di angka 8.532,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (12/8).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (11/8) ditutup menguat 6 poin (0,07%) ke level 8.538/8.548 per dolar AS dari posisi kemarin 8.544/8.554.

Ia memaparkan, beberapa negara di Eropa seperti Italia, Spanyol, Belgia dan Perancis mengeluarkan larangan short selling untuk pasar keuangan. "Dua faktor itu, cukup menenangkan bursa saham global untuk jangka pendek," ungkapnya.

Walaupun, sifatnya hanya sementara.

Firman mengakui, short selling hanya berpengaruh positif dalam jangka pendek. Sebab, problem utama belum selesai yakni krisis utang di zona euro dan perlambatan ekonomi AS. “Meski short selling dilarang, jika pasar yakin pasar akan jatuh, mereka akan beralih ke instrumen derivatif seperti option dan futures," ucapnya.

Di sisi lain, rupiah juga mendapat dukungan setelah Bank Sentral Swiss memberikan isyarat kemungkinan untuk mematok nilai tukar euro terhadap swiss frank. "Ini sedikit meredam kejatuhan euro dan tidak menjadi tekanan bagi rupiah," imbuhnya.

Alhasil, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS melemah ke level 74,500 dari sebelumnya 74,677. "Terhadap euro, dolar AS melemah ke level US$1,4249 dari sebelumnya US$1,4224 per euro," imbuh Firman.

Dari bursa saham, analis Infovesta Utama Praska Putrantyo mengatakan, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) sebesar 21,16 poin (0,55%) ke level 3.890,526 dipicu oleh positifnya pergerakan bursa regional setelah Dow Jones ditutup naik 423,37 poin (3,95%) ke level 11.143,30. “Dow mendapat topangan dari klaim untuk pembayaran pengangguran di AS yang tak terduga turun minggu lalu ke level terendah empat bulan,” ujar Praska.

Untuk pertama kalinya, imbuh Praska, aplikasi untuk tunjangan pengangguran turun 7.000 dalam pekan yang berakhir 6 Agustus 2011 ke angka 395.000. Perusahaan telah memperlambat laju pemecatan tahun ini karena mereka enggan untuk meningkatkan perekrutan, yang terus membebani belanja konsumen.

Di sisi lain, ditambahkan Praska, kerontokan bursa Dow Jones sebelumnya, lebih dipicu kekhawatiran pasar atas isu down grade peringkat utang Perancis dari triple-A (AAA)-nya. “Kenyataannya, ketiga lembaga pemeringkat (Standard & Poor’s Rating Service, Fitch Rating dan Moody’s Investor Service) masih mempertahankan rating Perancis di level AAA,” papar Praska. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar