Jumat, 12 Agustus 2011

MEDC menikmati berkah kenaikan harga minyak

MEDC menikmati berkah kenaikan harga minyak
JAKARTA. Meningkat namun di bawah ekspektasi. Demikian kinerja PT Medco Energi International Tbk (MEDC) untuk semester satu 2011. Pertumbuhan kinerja MEDC berada di bawah proyeksi para analis, yaitu 50%.

Pendapatan usaha MEDC meningkat 46,1% year-on-year menjadi US$ 580,04 miliar. Sedang laba bersih mengalami pertumbuhan tahunan 46,8% menjadi US$ 21,00 juta.

Pertumbuhan penjualan kimia dan petroleum justru menyalip minyak dan gas (migas), yang merupakan bisnis inti MEDC. Pendapatan segmen itu tumbuh hingga 127,7% menjadi US$ 117, 28 juta.

Raditya Artono, Analis Mandiri Sekuritas, menilai margin bisnis kimia dan petroleum tipis. Ini yang menyebabkan laba operasional dan laba bersih MEDC di kuartal kedua 2011 relatif stagnan jika dibandingkan dengan kuartal pertama 2011.

Bisnis migas memang masih menyumbang lebih dari separuh penjualan MEDC. Namun pertumbuhannya hanya 37,2% menjadi US$ 354,84 juta. Faktor yang dominan mendorong penjualan adalah kenaikan harga minyak di awal tahun.

Dalam catatan Stevanus Juanda, Analis JP Morgan Securities, harga minyak MEDC di semester satu naik hingga 41% menjadi US$ 113 per barel. Harga gas meningkat 6% menjadi US$ 3,8 per million british thermal unit (mmbtu).

Proyeksi Stevanus, harga minyak bisa melejit hingga US$ 110 per barel di kuartal tiga tahun ini dan US$ 130 per barel di kuartal keempat tahun depan. "MEDC diuntungkan tren kenaikan harga," ujar Stevanus dalam risetnya.

Berkaca dari kinerja semester satu, Arief Budiman, analis OSK Nusadana Securities menurunkan target laba bersih MEDC untuk tahun ini menjadi US$ 44 juta, dari semula, US$ 48 juta.

Perubahan itu merujuk ke asumsi biaya eksplorasi yang akan meningkat, hingga beban penjualan membengkak. Padahal MEDC harus membuka blok baru, untuk mengimbangi produksi dari blok lama yang mulai seret.

Restrukturisasi utang

Arief menilai positif rencana MEDC merestrukturisasi utang. Perluasan utang lama dengan yang baru membantu meringankan biaya, mengingat MEDC bisa memangkas bunga dari 7,5% jadi 5%.

Katalis penopang kinerja MEDC lainnya adalah bisnis batubara yang dijalankan sejak awal tahun ini. Pengelola MEDC menargetkan produksi 1,9 juta ton di tahun ini. MEDC juga masih berharap bahwa Blok 47 di Libya bisa kembali beroperasi. Blok ini bisa menyumbang total pendapatan hingga US$ 25 miliar.

Dengan katalis tersebut, Arief mempertahankan rekomendasi buy untuk MEDC, dengan target harga Rp 3.200 per saham. Target itu disesuaikan dengan rasio price to earning (PE) MEDC di akhir 2011 sebesar 19,0 kali.

Stevanus memberi rekomendasi overweight untuk saham MEDC. Berdasar rasio PE tahun 2012 sebesar 22,1 kali, dia menetapkan target harga Rp 3.900 per saham.

Raditya memilih rekomendasi neutral untuk MEDC dengan target harga Rp 3.200 per saham. Dengan menggunakan rasio nilai perusahaan per cadangan migas yang dimiliki (EV/2P), Raditya menyimpulkan MEDC diperdagangkan senilai US$ 5,2 per barel.

Harga MEDC, Kamis (11/8), menguat hingga 4,17% menjadi Rp 2.500 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar