Jumat, 05 Agustus 2011

Saham Sang Primadona Kian Tertekan

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Seiring pemotongan anggaran dan kenaikan pagu utang Amerika, harga sejumlah komoditi langsung ikut tergelincir. Lihat saja harga harga kapas, nikel dan minyak mentah yang selama enam hari terakhir terus melorot.
Rabu (3/8) kemarin, The Standard & Poor’s GSCI Indeks mencatat 24 bahan baku turun 0,3% hingga menjadi 681,88. Penurunan harga ini membuat emiten berbasis komoditi terpaksa mengoreksi target penjualannya yang telah ditetapkan di awal tahun.
Situasi yang benar-benar tidak bersahabat, apalagi sebagian kalangan percaya resesi akan kembali datang. Tapi bukan berarti peluang meraih untung di lantai bursa tertutup sama sekali.Sejumlah analis yakin, isu negatif ini akan membuat saham komoditi semakin tertekan. Terutama untuk saham emiten berbasis logam. Solanya, selama semester I-2011, 12 emiten logan yang saat ini tercatat di Bursa Efek Jakarta mengalami penurunan laba bersih 68,59%.
Seorang analis dari Kresna Securities menuturkan, penurunan harga di pasar internasional menunjukan bahwa komoditi tambang dan perkebunan sudah mencapai puncaknya. Selama ini, akibat melonjaknya harga komoditi, hampir semua investor berkonsentrasi di saham komoditi.
Nah, ketika harganya turun, banyak investor yang bingung. Oleh sebab itu, ia menyarankan investor untuk mengalihkan portfolionya ke sektor lain. Misalnya sektor ritel yang sebentar lagi bakal ketiban rezeki perayaan Idul Fitri. Saham Matahari Putra Prima (MPPA) boleh dijadikan pilihan.
Jangan lupakan saham telekomunikasi, yang biasanya pendapatannya naik setiap menjelang Lebaran. Saham perbankan termasuk yang disarankan para analis untuk dikoleksi, mengingat kinerjanya selama semester I cukup menjanjikan. Begitu juga dengan emas yang harganya terus meroket. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar