Jumat, 05 Agustus 2011

Saham sektor barang konsumsi & aneka industri prospektif di semester II

Saham sektor barang konsumsi & aneka industri prospektif di semester II
JAKARTA. Saham-saham di sektor barang konsumsi dan aneka industri diprediksi bakal bersinar terang di semester II-2011. Hal itu merujuk pada menterengnya kinerja laporan keuangan emiten-emiten dua sektor itu pada 6 bulan pertama tahun ini.

Managing Director Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada menuturkan, pertumbuhan sektor aneka industri terutama terjadi pada subsektor otomotif & komponennya dan tekstil dan garmen. Pertumbuhan dua sektor ini, secara nasional memang cukup signifikan sehingga mengatrol kinerja laporan keuangan para emiten. "Ini bakal menjadi modal yang dapat memperkuat saham-saham mereka di semester II 2011," ujar Reza kepada KONTAN, Kamis (4/8).

Untuk subsektor otomotif dan komponennya, Reza menilai setidaknya ada 4 (empat) saham yang punya prospek bagus, yaitu PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Astra Otopart Tbk (AUTO), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS). Keempat saham ini punya sisi fundamental yang kokoh terlihat dari kinerja laporan keuangannya.

ASII misalnya, sepanjang semester I-2011, membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 76,26 triliun. Padahal, pada periode sama tahun 2010, pendapatan bersih ASII baru mencapai Rp 61,51 triliun. Laba bersih emiten ini juga tercatat Rp 8,59 triliun, naik 33% dibandingkan semester I-2010. Kinerja IMAS juga cukup memuaskan, terbukti dari pendapatan bersihnya yang meningkat 40% menjadi Rp 6,93 triliun. Laba bersih emiten ini juga melonjak 72,32% menjadi Rp 412,21 miliar.

Sementara itu, saham-saham subsektor tekstil dan garmen juga cukup prospektif. Hal ini didasarkan pada aspek teknikal saham-saham itu sepanjang semester I kemarin. Reza bilang, pergerakan saham-saham seperti PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG) dan PT Asia Facific Fiber Tbk (POLY) cukup atraktif. Imbasnya, saham-saham ini bisa memberikan return lumayan jika ditahan selama 6-7 bulan.

Saham-saham sektor barang konsumsi juga bakal bersinar terang. Pasalnya, pertumbuhan konsumsi masyarakat Indonesia kian meningkat seiring tumbuhnya perekonomian nasional. Reza menilai, prospek saham barang konsumsi yang paling bagus adalah saham makanan & minuman dan rokok. Di kelompok makanan & minuman, saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) patut menjadi perhatian lebih. "Fundamental dan teknikal-nya cukup bagus," jelas Reza.

Di kelompok rokok, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) ditaksir punya prospek yang paling bagus. Sepanjang semester I kemarin, pergerakan saham GGRM terbilang atraktif. Reza menduga, kondisi itu disebabkan sentimen positif para investor terhadap industri rokok nasional. Para investor melihat konsumsi rokok masyarakat terus meningkat. Hal ini secara langsung dapat mengerek kinerja emiten rokok.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo menambahkan, selain dua sektor itu, saham-saham di sektor industri alat berat juga cukup prospektif. Pasalnya, kinerja laporan keuangan para emiten di sektor ini lumayan bagus seiring pertumbuhan industri pertambangan dan perkebunan.

Satrio menilai, saham PT United Tractor Tbk (UNTR) merupakan salah satu yang direkomendasikan. Pada semester I lalu, emiten ini meraup pendapatan bersih sebesar Rp 25,618 triliun. Padahal, pada periode sama tahun lalu, pendapatan UNTR masih sebesar Rp 18,08 triliun. Laba perseroan juga melonjak sekitar 34,35% menjadi Rp 2,538 triliun dari Rp 1,889 triliun pada semester I tahun lalu.

Sektor ritel juga ditaksir menyuguhkan prospek yang bagus. Kinerja beberapa emiten seperti PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI) terbilang memuaskan meski dibayang-bayangi inflasi tinggi. Pada semester I-2011, MAPI berhasil mengatrol penjualan bersih sebesar 23,8% menjadi Rp 2,65 triliun. Laba bersih MAPI juga tumbuh 57% menjadi Rp 157 miliar. Hal itu didukung oleh aspek teknikal saham MAPI sepanjang semester I kemarin. Pergerakan saham ini sangat atraktif sehingga terus mengerek harganya. "Saham MAPI berpotensi menjadi blue-chip baru," kata Satrio.

Namun, tidak semua saham punya prospek bagus di semester II nanti. Satrio bilang, saham-saham di sektor industri semen justru kurang direkomendasikan. Ini disebabkan oleh masih fluktuatifnya harga minyak bumi. Saat harga minyak tinggi, beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional ikut membengkak. Dalam kondisi itu, pemerintah punya kecenderungan untuk mengurangi pembangunan infrastruktur karena anggarannya tersedot untuk subsidi BBM. "Ini secara langsung bisa berimbas pada kinerja emiten semen," jelas Satrio.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar