Senin, 27 Juni 2011

Hindari Saham-saham Batu Bara!

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Laju saham-saham batu bara pekan ini, diprediksi bakal rontok seiring peluang koreksi lanjutan harga minyak ke level US$86 per barel. Untuk trading, lebih baik hindari saham-saham di sektor ini.

Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, saham-saham batu bara sedang bermasalah saat ini karena koreksi harga minyak mendekati US$90-an per barel. Sebab, pergerakan harga batu bara sangat terkait erat dengan harga minyak. Jika harga minyak turun, saham-saham batu bara pun cenderung turun.

Koreksi harga minyak dipicu oleh kebijakan International Energy Agency (IEA) yang melepaskan 60 juta barel cadangan minyaknya ke pasar. Akibatnya, harga minyak turun drastis dari level US$95-an per barel ke level US$90 per barel. “Harga minyak pekan ini, berpeluang turun ke bawah US$90 per barel,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (26/6).

Pasalnya, lanjut Irwan, secara teknikal terlihat gap di level US$86-88 per barel. Karena itu, pekan ini, harga minyak berpeluang melemah ke level-level tersebut. Semua saham batu bara pun bakal mengalami tekanan jual. “Saham-saham batu bara pekan ini, cenderung melemah tajam bersamaan,” paparnya.

Dia menyebutkan saham PT Bumi Resources (BUMI), PT Adaro Energy (ADRO), PT Indika Energy (INDY), PT Indo Tambang Raya (ITMG), PT Harum Energy Indonesia (HRUM), PT United Tractors (UNTR), dan PT Tambang Bukit Asam (PTBA). “Saham mana yang paling besar potensi koreksinya sangat tergantung pada mana yang paling kuat demand-nya. Hal ini bisa dilihat pada saat market dibuka,” tandasnya.

Dia mencontohkan saham BUMI, yang berpeluang melemah ke bawah level Rp3.000 dengan tutup di kisaran level gap-nya Rp2.800. Level tersebut bisa dicapai dalam satu atau dua pekan. Cepat atau lambat saham BUMI akan melemah ke level tersebut. “Tapi, untuk pekan ini, peluang koreksi saham sejuta umat ini masih terbatas di level Rp3.000,” imbuhnya.

Pada perdagangan Jumat (24/6) saham BUMI ditutup melemah Rp75 (2,34%) ke level Rp3.125 dari posisi sebelumnya Rp3.200. Harga intraday tertingginya mencapi Rp3.175 dan terendah Rp3.100. Volume transaksi mencapai 67,3 juta unit saham senilai Rp210,7 miliar dan frekuensi 2.649 kali.

Sementara itu, lanjutnya, untuk resistance berada di level Rp3.500. Tapi, tetap saja tekanan jual jauh lebih besar daripada tekanan beli. Apalagi, kondisi market secara umum sedang bearish, karena fokus investor ke harga minyak setelah IEA melepaskan 60 juta barel cadangan minyaknya itu.

Di sisi lain, Gubernur Bank Sentral AS The Fed Ben Bernanke merevisi turun prediksi Produk Domestik Bruto (PDB) AS dari level 3,1%-3,3% ke level 2,7%-2,9% untuk 2011. Karena itu, untuk pekan ini, dia menyarankan lebih baik menghindari saham-saham batu bara.

Dia menegaskan tidak merekomendasikan saham batu bara. Saham-saham batu bara sangat berkorelasi positif dengan harga minyak. “Untuk trading, semua saham batu bara lebih baik dihindari. Untuk jangka pendek, potensi turunnya lebih besar daripada potensi penguatannya,” tandasnya.

Tapi, lanjut Irwan, bagi investor jangka panjang sudah lain cerita. Dalam situasi ini, bahkan lebih baik jangan memegang saham karena market dalam situasi bearish. “Jangan melawan market kecuali, saham-saham berfundamental positif dan secara valuasi masih murah, boleh dipegang dan hold,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar