Senin, 27 Juni 2011

Market Bearish, Jangan Dilawan!

INILAH.COM, Jakarta – Laju IHSG pekan ini diprediksi bearish akibat koreksi harga minyak dan revisi turun outlook ekonomi AS oleh The Fed. Karena itu, jangan melawan market. Realisasikan saja keuntungan!

Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, kondisi market pekan ini sedang bearish. Kondisi itu, salah satunya dipicu oleh fokus investor kepada harga minyak setelah International Energy Agency (IEA) melepaskan 60 juta barel cadangan minyaknya ke pasar. Akibatnya, harga minyak turun drastis dari level US$95-an per barel ke level US$90 per barel.

Menurut perkiraan Irwan, harga minyak pekan ini berpeluang turun ke bawah US$90 per barel. Sebab, secara teknikal terlihat gap di level US$86-88 per barel. “Pekan ini, harga minyak berpeluang melemah ke level-level tersebut. Karena itu, saham-saham batu bara pun bakal mengalami tekanan jual dan memicu koreksi pada IHSG secara keseluruhan,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (26/6).

Pada perdagangan Jumat (24/6), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 24,91 poin (0,65%) ke level 3.848,558. Harga intraday tertingginya mencapai 3.854,181 dan terendah 3.817,38.

Irwan mewanti-wanti agar trader tidak melawan market yang sedang bearish. Apalagi, Gubernur Bank Sentral AS The Fed Ben Bernanke merevisi turun forecast Produk Domestik Bruto (PDB) AS ke level 2,7%-2,9% untuk 2011 dari target sebelumnya 3,1%-3,3%.

“Tekanan sentiment negatif ke market semakin besar dari sisi makro ekonomi,” paparnya. Pasar melihat, lanjut Irwan, pertumbuhan ekonomi AS tidak sebagus yang diharapkan sehingga melihat ancaman yang nyata pada ekonomi global.

Di sisi lain, IHSG pun secara teknikal, sedang berada di resistance di level 3.850 dan resistance berikutnya di level 3.880. Karena situasi market sedang bearish, level 3.800 akan tertunda untuk dicapai. “IHSG pekan ini akan kembali menguji level support 3.820 Senin (27/6). Lalu support berikutnya, 3.800 dan akhir pekan ini bisa mencapai 3.760 sebelum mencapai support berikutnya 3.704 hingga 3.693,” tandasnya.

Karena itu, lanjutnya, pelaku pasar secara umum akan melakukan aksi jual. Pada saat orang cenderung melakukan aksi jual saham, tak ada alasan untuk menunda profit taking. “Semua saham lebih baik dihindari. Dari pada loss, lebih baik profit taking,” timpalnya.

Artinya, imbuh Irwan, tak ada satu pun saham yang mendapat rekomendasi positif pekan ini. Belum lagi, pasar juga susah untuk melihat saham-saham second liner yang dimainkan oleh market maker atau bandar. “Pada saat market running baru bisa bicara,” ungkapnya.

Dihubungi terpisah, analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah mengatakan hal senada. Menurutnya, negatifnya sentiment regional bisa membawa indeks domestik kembali ke bawah 3.800. Tapi, secara teknikal, penguatan indeks akan terus belanjut dalam sepekan ke depan.

Sebab, lanjut Cece, akhi r pekan lalu, indeks ditutup di level 3.848. Secara teknikal, jika indeks sudah tembus di atas 3.840, indeks akan terus melaju. “Hanya saja, untuk itu membutuhkan dukungan dari indeks regional dan global,” tandasnya.

Dia memaparkan, akhir pekan lalu, saham-saham secondliner mengalami penguatan, didukung pergerakan regional Asia yang cukup baik seperti Hang Seng dan positifnya pembukaan bursa Eropa. “Untuk pekan ini, investor bisa beralih ke saham-saham bluechips karena saham-saham lapis dua sudah bergerak signifikan dalam beberapa hari di pekan lalu karena market fluktuatif,” paparnya.

Karena itu, jika indeks regional kembali balik arah menguat, IHSG akan menguat ditopang saham-saham bluechips. Apalagi, Cece melihat asing masuk pada saham-saham bluechips. Dalam sepekan ke depan, IHSG akan bergerak dalam kisaran support 3.780 dan resistance 3.940. “Sedangkan untuk Senin (27/6) support indeks di level 3.818 dan resistance 3.870,” tuturnya.

Potensi penguatan indeks, juga karena faktor window dressing yang berpeluang terjadi dalam beberapa hari ke depan untuk menutup portofolio agar kinclong. Hal itu terutama dilakukan beberapa fund manager. “Biasanya, pada akhir sesi kurtal kedua 2011, berbagai saham akan ditarik ke atas. Ada kemungkinan, setiap kuartal kedua, window dressing terjadi pada saham-saham bluechip,” ungkapnya.

Jika bursa regional mendukung, level 3.940 yang merupakan rekor baru dalam sejarah bisa dicapai pekan ini. Tapi, indeks bisa turun ke level support jika bursa regional tidak mendukung. Dari dalam negeri, lanjutnya, pasar menantikan inflasi Juni 2011. “Jika inflasi lebih tinggi dari ekspektasi, hindari saham-saham perbankan, konsumsi, properti dan ASII,” paparnya.

Sebaliknya, jika inflasi sesuai ekspektasi pasar, pilih saham-saham di sektor tersebut. Lalu, jika harga minyak berada di atas US$98, investor bisa kembali fokus pada saham-saham batu bara. Dalam situasi ini, dia merekomendasikan positif saham-saham bluechips yang berfundamental baik.

Saham-saham pilihannya adalah PT Astra Internasional (ASII) yang masih bisa tembus ke atas karena investor asing masih melakukan pembelian di saham ini dalam tiga hari berturut-turut. Apalagi, posisi asing akhir pekan lalu masih berposisi net buy hingga mencapai Rp500-an miliar.

Lalu, saham PT Telkom (TLKM), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Central Asia (BBCA), PT Unilever Indonesia (UNVR) dan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) dan PT Mayora Indah (MYOR).

PT United Tractors (UNTR), PT Harum Energy Indonesia (HRUM) PT Antam (ANTM) dan PT Timah (TINS). Menurutnya, saham-saham tersebut akan dimainkan oleh pasar. “Sebab, sepanjang pekan lalu, saham-saham tersebut tidak mengalami pergerakan yang berarti,” paparnya.

Akhir pekan lalu, ditegaskan Cece, volume transaksi pada saham-saham bluechips sudah mulai meningkat. Dia merekomendasikan buy on support. Kecuali, jika indeks AS naik di atas 1%, pelaku pasar bisa beli buy on weakness pada saham-saham bluechips. “Inilah arahan saya untuk bermain saham dalam sepekan ke depan,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar