Senin, 27 Juni 2011

Pasar masih volatil, rupiah kian tersungkur ke level terlemah tujuh pekan

Pasar masih volatil, rupiah kian tersungkur ke level terlemah tujuh pekan
JAKARTA. Tekanan terhadap rupiah berlanjut hingga sore. Mata uang Garuda ini masih tersungkur di level terlemahnya dalam tujuh pekan karena kekhawatiran Yunani gagal menyepakati syarat untuk mendapat bailout. Sentimen ini memicu surutnya minat investor masuk ke aset emerging market.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah 0,3% ke level Rp 8.625 per dollar AS, hingga pukul 4.20 sore di Jakarta. Sebelumnya, rupiah bahkan sempat jatuh ke Rp 8.623 per dollar AS, yang merupakan level terendah sejak 6 Mei.

Indeks saham regional MSCI Asia Pasifik anjlok paling tajam dalam sepekan terakhir seiring Perdana Menteri Yunani George Papandreou mencari persetujuan dari parlemen terkait pemangkasan anggaran. Hal itu dilakukan sebagai syarat pengucuran bailout yang dipimpin oleh Uni Eropa.

Data Kementrian Keuangan menunjukkan, kepemilikan asing di surat utang pemerintah surut 2% menjadi Rp 233,17 triliun dalam empat hari terakhir pada minggu lalu.

Head of treasury PT Bank Resona Perdania Lindawati Susanto menilai, pasar masih volatil karena ketidakpastian di Eropa. "Investor menunggu tindakan yang tegas," katanya.

Namun, pekan lalu, Direktur Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Hendar menyebut, pelemahan rupiah bersifat sementara karena dipicu krisis utang di Eropa dan pemangkasan prospek ekonomi AS.

Adapun, harga obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun, sore ini. Data Inter-Dealer Market Association menunjukkan, imbal hasil obligasi yang jatuh tempo Juli 2021 naik tujuh basis poin menjadi 7,56%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar