Senin, 27 Juni 2011

Sesi Dua, Perhatikan Fundamental dan Kinerja Saham

INILAH.COM, Jakarta- Koreksi bursa siang ini diperkirakan akan berlanjut hingga penutupan. Investor bisa buy on weakness saham-saham yang berfundamental positif dan memiliki kinerja keuangansolid.

Pada sesi pertama perdagangan Senin (27/6), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 27,73 poin (0,72%) ke level 3.820,83. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang turun 5,36 poin (0,79%) ke angka 676,14.

Laju indeks siang ini kurang ramai, hanya didukung oleh volume transaksi yang tercatat mencapai 1,442 miliar lembar saham, senilai Rp992,6 miliar dan frekuensi 43.582 kali. Sebanyak 66 saham menguat, sedangkan 159 saham melemah dan 75 saham stagnan.

Pelemahan indeks sesi pertama, justru diwarnai aksi beli asing yang mencatatkan transaksi nilai beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp34,1 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp320,3 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp286,1 miliar.

Semua sektor saham kompak mendukung pelemahan indeks. Sektor aneka industri memimpin penurunan 1,57%, disusul properti 1,53%, infrastruktur 1,16%, manufaktur 0,75%, pertambangan 0,59%, perkebunan 0,47%, industri dasar 0,38%, perdagangan 0,36%, konsumsi 0,35% dan keuangan 0,32%.

Head of Researh Valbury Asia Securities Alfiansyah memperkirakan, pergerakan indeks saham domestik hingga penutupan sore nanti akan melemah. “Indeks akan mengarah ke level support psikologis 3.800 dan 3.872 sebagai level resistance-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (27/6).

Menurutnya, pelemahan indeks hari ini salah satunya dipicu faktor teknikal, setelah pekan lalu rally terjadi cukup kuat, sehingga bursa rawan profit taking. “Di sisi lain, indeks domestik juga mendapat tekanan dari eksternal, di mana bursa regional dan global cenderung mengalami tekanan jual,” ujarnya.

Kondisi itu, lanjutnya, dipicu sentimen negatif pasar global, yang berimbas ke bursa regional Asia, termasuk IHSG. “Pasar terpangaruh pernyataan China yang kesulitan meredam inflasi di negeri tirai bambu itu. Kondisi itu, juga bakal memicu kenaikan tingkat suku bunga,” papar Alfiansyah.

Sementara dari Eropa, Alfiansyah menilai, market juga masih dibayangi sentimen negatif terkait krisis utang Yunani. Setelah Perdana Menteri Yunani George Papandreou mendapatkan mosi percaya dari parlemen, dia juga akan dihadapkan pada voting pada Selasa (28/6). Voting itu untuk pemangkasan anggaran, kenaikan pajak, dan penjualan aset-aset negara sebagai syarat bailout. “Pasar masih wait and see apakah itu juga akan disetujui oleh parlemen atau tidak,” timpalnya.

Sedangkan dari dalam negeri, pasar akan fokus pada inlasi Juni 2011 yang diperkirakan tinggi setelah dua bulan sebelumnya mengalami deflasi. “Meski inflasi, BI sendiri akan mempertahankan BI rate di level 6,75%,” ucapnya.

Dalam situasi ini, ia merekomendasikan saham-saham yang secara fundamental positif dan memiliki kinerja keuangan solid di sektor perkebunan, pertambangan, semen, aneka industri, konsumsi, dan infrastruktur. “Selain saham-saham yang secara teknikal menjanjikan gain,” ucapnya.

Beberapa emiten pilihannya adalah PT London Sumatera Indonesia (LSIP), PT International Nickel Indonesia (INCO), PT Adaro Energy (ADRO), PT Holcim Indonesia (SMCB), PT Gajah Tunggal (GJTL), PT Unilever Indonesia (UNVR) dan PT Perusahaan Gas Negara (PGAS). “Dalam situasi market bearish, saya rekomendasikan buy on weakness saham-saham tersebut,” imbuhnya. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar