Selasa, 21 Juni 2011

Krisis Yunani pacu obligasi domestik

Krisis Yunani pacu obligasi domestik
JAKARTA. Krisis utang Yunani membuka peluang bagi pasar obligasi Indonesia untuk terus bertumbuh. Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat akan menggoda pemodal global untuk menempatkan dananya pasar obligasi.

Analis melihat, pemulihan krisis utang Yunani bakal berlangsung lama. Prediksi ini merujuk ke pengalaman sejumlah negara, seperti Amerika Serikat (AS) yang pada 2008 mengalami krisis finansial dan hingga kini belum pulih benar. Begitu pun Indonesia yang pernah terjangkit krisis pada 1998 dan butuh waktu empat tahun sampai lima tahun untuk bangkit. "Saya rasa Yunani juga membutuhkan waktu tiga tahun sampai empat tahun," tutur Ariawan, analis obligasi BNI Securities.

Menurut dia, imbas krisis utang Yunani menyebabkan investor Eropa mencari negara yang menawarkan keuntungan lebih besar dan rasa aman dalam berinvestasi. "Indonesia menjadi salah satu negara tujuan tersebut," ujar dia. Di ASEAN, Indonesia masih menjadi salah satu negara yang memberi yield tinggi.

Pandangan berbeda diungkapkan Angky Hendra, analis obligasi Batavia Prosperindo Aset Manajemen. Menurut dia, investor Eropa tidak akan banyak masuk pasar Indonesia. Pemodal Eropa justru mengurangi investasi dari aset berisiko tinggi ke negara yang memiliki risiko rendah dengan kualitas kredit tinggi. "Seperti AS dan Jerman," ujar Angky.

Yang pasti, kedua analis sepakat bahwa prospek pasar finansial Indonesia semakin membaik di masa depan. Indikasi yang bisa digunakan adalah pergerakan angka credit default swap (CDS) Indonesia yang terus menurun.

CDS bertenor lima tahun, misalnya, pada Jumat (17/6) lalu ditutup 130.805, atau menurun 4,14% dalam sepekan terakhir. Angka itu menunjukkan persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia semakin membaik.

Alhasil, pasar obligasi domestik kian cerah. Harga SUN seri FR 51 bertenor lima tahun kemarin naik 0,22% menjadi 112,45. Harga SUN seri FR 53 bertenor 10 tahun juga naik 0,44% menjadi 103,50. Padahal pada pembukaan Senin (13/6) sempat mencapai 136.460.

Pada tahun 2007 CDS sempat menyentuh level terendah yakni 120. Pada tahun ini CDS diperkirakan akan masih terjadi penurunan tapi terbatas. "Masih dikisaran 125-135," imbuh Ariawan.

Angky pun senada dengan Ariawan bahwa CDS kedepannya akan tetap stabil karena fundamental Indonesia yang masih oke. Angky bahkan yakin kalau tahun depan investment grade terlaksana, CDS akan semakin turun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar