Selasa, 21 Juni 2011

SGRO bertopang pada produksi dan harga CPO

SGRO bertopang pada produksi dan harga CPO
JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) berhasil melalui kuartal pertama tahun ini dengan kinerja memuaskan. Penjualan perusahaan perkebunan ini naik 151,3% jadi Rp 759,27 miliar di periode tersebut. Adapun laba bersih melesat lebih dari tiga kali lipat jadi Rp 186,54 miliar.

Menurut analis Danareksa Sekuritas Merlissa P. Trisno menilai, SGRO mengalami pertumbuhan kinerja tertinggi di antara emiten perkebunan lain. Pertumbuhan ini dipicu peningkatan produksi di Sumatra Selatan karena cuaca yang menguntungkan.

Per kuartal I 2011, produksi tandan buah segar (TBS) dan produksi crude palm oil (CPO) SGRO tumbuh dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu. Produksi TBS tercatat 383.673 ton, sedangkanCPO mencapai 82.664 ton.

Meski begitu, menurut analis Sucorinvest Central Gani Frederick Daniel Tanggela kinerja SGRO ini belum bisa merefleksikan kinerja setahun penuh. "Produksi meningkat tajam karena produksi kuartal pertama tahun lalu terendah," kata Frederick kepada KONTAN, Senin (20/6).

Ia memperkirakan total produksi SGRO tahun ini hanya meningkat 9%-10% dari tahun lalu karena tidak ada penambahan luas lahan secara signifikan. "Di kuartal pertama ada kenaikan volume produksi, tapi di kuartal ketiga dan keempat akan terjadi penurunan," ramal dia. Penyebabnya murni faktor cuaca.

Lain lagi penilaian analis Ciptadana Sekuritas Fadil Kencana. Ia mencatat, tidak seperti emiten perkebunan lain yang produksi di kuartal satu merupakan terendah sepanjang tahun, sejak 2006 pola produksi SGRO sangat fluktuatif. Fadil memproyeksikan volume produksi TBS dan CPO SGRO tahun ini masing-masing 1,45 juta ton dan 313.881 ton. Pertumbuhan itu terutama disumbang oleh lahan di Kalimantan. "Pemulihan lahan di Kalimantan menjanjikan pertumbuhan produksi jangka panjang," tulis Fadil dalam risetnya.

Tren harga CPO

Fadil juga menyebut bahwa pertumbuhan harga jual rata-rata ikut meninggikan pertumbuhan kinerja SGRO. Harga jual CPO SGRO year-on-year naik 27,7% jadi Rp 8.357 per kg. Sedangkan harga palm kernel meningkat 112% jadi Rp 6.675 per kg.

Analis menilai harga CPO masih berpotensi naik. "Harga CPO tetap tinggi karena kebutuhan global tumbuh lebih cepat dari pasokan," kata Frederick. Ia memprediksi harga jual rata-rata CPO tahun ini US$ 1.100 per ton, lebih tinggi 21,4% dari harga tahun lalu.

Frederick menghitung margin laba kotor SGRO cuma akan naik 35,7% tahun ini. Ini lebih rendah dari realisasi margin kotor di kuartal satu 2011 sebesar 44%. "Harga CPO masih tetap tinggi karena kebutuhan secara global tumbuh lebih cepat dari pasokan," kata Frederick. Karena itu walaupun pertumbuhan volume produksi diperkirakan stagnan, ia optimis tahun ini SGRO bisa membukukan perningkatan penjualan dan laba bersih 30% dengan ditopang kenaikan ASP.

Sedangkan margin laba kotor SGRO diproyeksikan sebesar 35,8% tahun ini. Padahal, di kuartal pertama margin laba kotor sudah mencapai 44%. "Ini terjadi akibat asumsi harga jual lebih rendah di sisa sembilan bulan tahun ini," kata Frederick.

Meski begitu, analis menilai kinerja SGRO tetap akan tumbuh positif tahun ini. Karena itu, para analis memberi rekomendasi beli saham ini. Fadil mematok target harga Rp 3.900 yang mencerminkan price to earning ratio (PER) 2001 sebesar 11,87 kali.

Frederick menghitung saat ini PER SGRO masih cukup murah, yakni baru 11 kali. Ia menilai harga saham ini bisa mencapai Rp 4.225. Sedangkan Melissa menargetkan harga SGRO Rp 4.500 per saham. Harga SGRO, Senin (20/6) masih bertahan Rp 3.300 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar