Rabu, 27 Juli 2011

AS Gagal Bayar, IHSG Bisa 'Shock'

AS Gagal Bayar, IHSG Bisa 'Shock'
INILAH.COM, Jakarta - Jika AS gagal bayar, indeks saham domestik bisa shock akibat sudden reversal. Di pasar finansial secara umum pun bakal terjadi likuiditas ketat.

Pengamat ekonomi David Sumual mengatakan, yang paling diwaspadai dari potensi gagal bayar AS akibat alotnya kenaikan plafon utang AS adalah shock yang terjadi pada sektor finansial AS. Kondisi itu, akan berdampak negatif pada pasar modal RI.

Padahal, lanjut David, kelas menengah Indonesia sedang menikmati Wealth Effect akibat kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG ^JKSE sejauh ini. Pada Rabu (27/7) indeks mencapai harga tertingginya 4.152. "Angka ini sudah mengalami kenaikan 3 kali lipat dari 2008," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (27/7).

Dia menjelaskan, jika AS terguncang, indeks domestic akan mengalami sudden reversal dan terjadi pengetatan likuididtas di pasar finansial. “Jadi, kondisinya akan mirip dengan 2008. Bisa jadi, suplai dolar AS raib dari market secara tiba-tiba," tandas David.

Sebab, semua institusi atau bank takut meminjamkan dananya ke institusi atau bank lain. Karena itu, likuiditas pasar finansial akan kekeringan karena masing-masing pihak playing safe. "Itu juga akan terjadi sudden reversal," tandasnya.

Derasnya aliran dana asing dalam 2-3 tahun terakhir memicu peningkatan demand atas barang-brang konsumsi, mobil dan properti. Jadi, dampak negatif gagal bayar AS terhadap sektor finansial di Indonesia tidak perlu menunggu second round effect dari faktor terganggunya perdagangan internasional. "Sektor finanansial AS terguncang pasar modal Indonesia juga terguncang," timpalnya.

Tapi, dia menggarisbawahi, dampak itu akan berbeda-beda tergantung negaranya. Indonesia, dengan prospek peringkat utang untuk jangka menegah –panjang, masih sangat positif. Sebab, rasio utang Indonesia sangat rendah 26% terhadap PDB dan defisit fiskal tidak pernah melebihi 3%.

Apalagi, menurut dia, ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi domestik. Jadi, negara-negara dengan rasio utang tinggi akan terpukul dan perekonomiannya tergantung pada perdagangan internasional. "Dampak AS bagi Indonesia tidak akan sebesar negara-negara lain yang memiliki rasio utang sangat besar," tegas David.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar