Rabu, 27 Juli 2011

Saham Batu Bara Pilihan Analis

Medium
INILAH.COM, Jakarta – Saham sektor tambang siang ini bergerak variatif di tengah gelombang aksi profit taking investor. Namun, para analis masih melihat peluang di tengah koreksi ini.

Misalkan saja Christine Salim, Head of Research Samuel Securities. Ia merekomendasikan saham tambang batu bara, salah satunya TB Bukit Asam (PTBA) karena harga jual ekspor perseroan yang mencapai rekor tertinggi. Adapun emiten ini diperdagangkan pada PER 2012 sebesar 12,5 kali, “Rekomendasi maintain buy dengan target harga mencapai Rp27.500, “ujarnya.

PTBA selama semester pertama 2011 membukukan pendapatan sebesar Rp5,1 triliun dan laba bersih sebesar Rp1,6 triliun. Ini berarti masing-masing mengalami kenaikan 34,9% YoY dan 77,4% YoY. Kenaikan pendapatan ditopang peningkatan volume penjualan dan harga jual batubara.

Volume penjualan naik dari 6,44 juta ton atau 2% menjadi 6,54 juta ton. Sementara harga jual rata-rata domestik naik 27% YoY menjadi Rp760,554 per ton dan harga jual ekspor naik 62% YoY menjadi US$98.83 per ton.

Menurut Christine, kinerja semester pertama 2011 PTBA sebenarnya sedikit di bawah harapan, dengan pendapatan dan laba bersih hanya mewakili 41% dan 41,5% dari proyeksi 2011. Realisasi harga jual rata-rata berhasil di atas estimasi, namun volume penjualan hanya mencapai 39% dari target 2011 sebesar 16,8 juta ton.

“Secara historikal, kinerja semester dua 2011 akan lebih tinggi karena produksi batubara yang lebih tinggi,” katanya.

Saham lain yang disarankan Christine adalah Indo Tambangraya Megah (ITMG) karena fundamental perseroan yang solid. Saham ini diperdagangkan pada PER 2012 sebesar 11,8 kali, ketimbang rata-rata sektor sebesar 12 kali. Namun, EV/cadangan relatif tinggi dan premium di 18,7 kali, dibandingkan rata-rata sektor 12,3 kali. “Rekomendasi hold dengan target harga Rp55.600, menyiratkan PER 2012 sebesar 13,2 kali,” ujarnya.

Christine menilai kemampuan perusahaan untuk menguangkan cadangan dan sumber daya menjadi kunci utama masa depan pertumbuhan. Hal ini didukung posisi kas yang kuat. ITMG memiliki tingkat leverage terendah dan arus kas terkuat dibanding perusahaan batubara sejenis.

Pada Maret 2011, ITMG membukukan kas bersih US$ 384 juta dan untuk tahun ini, perusahaan diperkirakan menghasilkan arus kas bebas US$ 312 juta serta US$ 452 juta pada 2012, “Hal ini memungkinkan perusahaan mendistribusikan dividend yield yang tinggi.”

Sementara itu, ekspor ITMG memiliki eksposur yang lebih baik ketimbang BUMI dan ADRO, karena tata kelola perusahaan yang baik. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari Banpu Thailand, dengan 65% kepemilikan. Posisi mengambang perusahaan saat ini adalah 35%.

ITMG juga memiliki eksposur tinggi untuk harga batu bara, karena sekitar 97% produknya diekspor. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa setiap kenaikan 5% harga batubara, penghasilan akan naik 14,3% pada 2011 dan 13,9% pada 2012.

Christine pun mengaku tidak memiliki keraguan pada fundamental ITMG yang solid, tetapi kondisi cadangan telah menjadi isu penting dan kelemahan untuk ITMG. Pasalnya, dengan cadangan saat ini sebesar 330 juta ton dan sumber daya 1.640 juta ton, serta asumsi tingkat produksi 25 juta ton, “Ini berarti, cadangan ITMG diperkirakan habis pada 2024, sebelum kontrak pertambangan berakhir pada 2035,” paparnya.

Pada perdagangan Rabu (27/7) siang ini, sektor tambang terpantau terkoreksi di tengah upaya bursa untuk menguat lebih lanjut. Saham-saham sektor ini pun bergerak variatif. PTBA berhasil menguat Rp300 ke level Rp21.350, ITMG dan BUMI turun masing-masing Rp150 ke level Rp51.650 dan Rp50 ke Rp3.075. Sedangkan ADRO stagnan di level Rp2.575.

Yuganur Wijanarko, analis dari HD Capital menilai, kenaikan IHSG ke level tertinggi memang rentan profit taking. Namun, penurunan akan terbatas oleh beberapa emiten dengan kapitalisasi besar yang masih dalam tahap tren positif. Untuk saham tambang, pilihannya adalah Adaro Energy (ADRO) dan Bumi Resources (BUMI).

Menurutnya, langkah ADRO untuk masuk ke bisnis pembangkit listik domestik dengan partner dari Jepang dapat meningkatkan permintaan batubara dan nilai jual perseroan terhadap pembeli batubara di kemudian hari. “Rekomendasi beli dengan target harga mencapai Rp2.750,” katanya.

Sementara BUMI menarik didorong sentimen positif dividend Rp44/saham yang cum hari ini. Pergerakan harga yang mencoba menutup price gap atas di Rp.3.100 kelihatannya akan berlanjut hingga menguji resistance berikutnya di Rp.3.250-3.300 atau moving average 50 harian. “BUMI berpotensi menguat dengan target harga mencapai Rp3.300,”ujarnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar