Senin, 22 Agustus 2011

Awal Pekan, Ada Peluang di 4 Sektor Saham

INILAH.COM, Jakarta- Bursa saham domestik pada perdagangan Senin (22/8) diperkirakan akan melanjutkan koreksi. Beberapa saham dari perkebunan, semen, otomotif, properti dan consumer goods masih bisa menjadi pilihan.

Analis BNI Securities Maxi Liestyaputra mengatakan, koreksi IHSG berpotensi besar berlanjut pekan ini, “Hal ini karena pasar mengkhawatirkan upaya Eropa dan AS berjuang keluar krisis yang masih panjang dan berliku,” ujarnya kepada INILAH.COM.

Menurutnya, saat ini The Fed sedang memantau kondisi perbankan besar di AS, terkait temuan ECB (bank sentral Eropa), bahwa ada sekitar US$2,5 triliun yang keluar dari sistem perbankan Eropa, untuk pendanaan jangka pendek dan membiayai bank-bank Eropa di luar Eropa.

Screening The Fed ini mengkhawatirkan pasar, bahwa ada ancaman perbankan di Amerika terkena dampak default dari bank-bank Eropa. “Perbankan di Eropa mengalami kesulitan likuiditas, sehingga interbank rate tinggi menyebabkan kredit antar bank turun di Eropa,” katanya.

Sementara masalah likuiditas ketat juga mulai menjadi isu di Amerika. Pemangkasan belanja AS, sebagai syarat kenaikan pagu utang, merepotkan pemerintah dalam mencari pendanaan. Padahal, pengeluaran ini digunakan untuk menstimulus pertumbuhan.

Inflasi data AS memang di atas perkiraan, namun bukan karena permintaan, melainkan tekanan harga. “Jadi belum ada indikasi pertumbuhan ekonomi dari data inflasi,” paparnya.

Sementara di Indonesia, emiten-emiten masih berada dalam kondisi aman. Kinerja semester pertama relatif solid, dan ada ekspektasi pada paruh kedua, korporat masih bisa mempertahankan kenaikan marjin laba bersih, terutama untuk emiten yang berbasis pasar domestik. “Penurunan demand global akan lebih banyak pengaruh ke sektor yang berorientasi ekspor,” ujarnya.

Di tengah situasi ini, Maxi merekomendasikan investor untuk mencermati saham perkebunan, semen, otomotif, properti dan consumer goods. Pilihannya adalah Indofood Sukses Makmur (INDF), Ramayana (RALS), Indocement (INTP), Sumarecon (SMRA). “Rekomendasi beli untuk emiten-emiten ini,” katanya.

Sedangkan hhusus untuk tambang batu bara, Maxi belum merekomendasikannya. Ia menilai, belum ada sinyal teknikal yang indikasikan bullish di saham-saham sektor ini. Namun, harga batubara tidak fluktuatif seperti logam. Karena permintaan relatif stabil, apalagi masih didukung permintaan dari China untuk kebutuhan pembangkit energi.

Pada perdagangan Jumat (19/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 178,246 poin (4,44%) ke level 3.842,748, dengan intraday terendah di 3.874,51 dan tertinggi di 4.019,80.

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia didukung volume transaksi sebesar 5,971 miliar lembar saham senilai Rp 7,5 triliun dan frekuensi 143.807 kali.

Sebanyak 19 saham naik, sisanya 291 saham turun, dan 26 saham stagnan. Koreksi bursa didukung aksi jual asing yang mencatatkan nilai transaksi jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp1,738 triliun. Rinciannya adalah transaksi jual mencapai Rp3,372 triliun dan transaksi beli sebesar Rp1,634 triliun. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar