Senin, 22 Agustus 2011

Kecemasan Resesi Berlanjut, Rupiah Terpukul Mundur

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (22/8) diprediksi melemah. Kecemasan pasar belanjut setelah Morgan Stanley menyatakan, AS dan Eropa mendekati jurang resesi.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, potensi pelemahan rupiah awal pekan ini terutama karena meningkatnya kekhawatiran pasar atas perlambatan pertumbuhan global, menjadi kecemasan resesi. Kondisi ini akan berlanjut pada penguatan dolar AS dan apresiasi harga emas sebagai safe haven.

Karena itu, ditegaskan Christian, otomatis jadi tekanan bagi rupiah. "Secara teknikal, jika tembus di atas resistance kunci 8.560, pelemahan rupiah mengincar 8.578. Sedangkan potensi penguatannya terbatas di level 8.540 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM.

Menurutnya, semua indikator teknikal menunjukkan pelemahan rupiah. Apalagi, secara fundamental, pasar masih fokus pada data awal Gross Domestic Product (GDP) AS untuk kuartal tiga 2011 pada Jumat (26/8). Sebab, pekan lalu Morgan Stanley sudah memangkas prediksi pertumbuhan AS lebih rendah untuk 2011 jadi 3,9% dari estimasi sebelumnya 4,2%.

Lalu, untuk 2012 dipangkas dari sebelumnya 4,5% menjadi 3,8%. Morgan Stanley juga menyatakan, AS dan Eropa semakin dekat dengan jurang resesi. Karena itu, pasar ketakutan dan memicu tingginya permintaan aset-aseat safe haven baik emas maupun dolar AS. "Sedangkan untuk kuartal III/2011, GDP AS diperkirakan turun dari 1,3% menjadi 1,1%," ungkap Christian.

Tapi, ditambahkan Christian, meski data tersebut baru akan dirilis akhir pekan ini, pasar akan mengantisipasi negatif data tersebut berdasarkan estimasi dari Morgan Stanley dan Deutsche Bank.

Deutsche Bank memangkas pertumbuhan ekonomi China. Menurutnya, jika pemangkasan itu digabung (AS dan China), isunya menjadi perlambatan global. Sebab, dasar pemangkasan PDB China dipicu oleh perlambatan yang terjadi di AS dan Eropa akan berimbas pada penurunan ekspor China. Untuk 2011, GDP China dipangkas dari estimasi sebelumnya 9,1% menjadi 8,9% (year on year). "Lalu, untuk pertumbuhan 2012, juga diperkirakan menurun ke 8,3% dari estimasi sebelumnya 8,6%," imbuh Christian.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (19/8) ditutup tipis 5 poin (0,05%) ke level 8.553/8.563 per dolar AS. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar