Kamis, 28 Juli 2011

IHSG tetap menarik meski sudah mahal

IHSG tetap menarik meski sudah mahal
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum bosan menampilkan kejutan. Di saat sebagian indeks saham Asia anjlok, indeks saham merah putih ini kembali mencetak rekor tertinggi yang baru.

Pada penutupan perdagangan Rabu (27/7), IHSG sebesar 4.147,11 atau menguat 1% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya. Jika diukur dari awal tahun ini, indeks bursa lokal sudah mengalami pertumbuhan 12,71%.

Sejauh ini IHSG masih merupakan indeks saham dengan kinerja terbaik di kawasan Asia.

Namun tingginya IHSG saat ini memunculkan kekhawatiran indeks bakal bubble. Muhammad Alfatih, analis Samuel Sekuritas, menilai rasio harga saham terhadap laba per saham alias price to earning ratio (PER) IHSG memang sudah tinggi. Makin tinggi PER, berarti jauh di atas harga wajarnya.

Dia menghitung, PER IHSG saat ini sudah mencapai 19,04 kali. Besaran itu jauh di atas rata-rata PER IHSG selama lima tahun terakhir, yaitu 13 kali. Rekor PER tertinggi IHSG sebelumnya adalah 17 kali yang terjadi di 2007.

Hitungan Kepala Riset Recapital Securities, Pardomuan Sihombing, PER IHSG saat ini mencapai 18 kali. Namun, ia menilai IHSG masih jauh dari ancaman bubble. Sebab, kenaikan IHSG masih memiliki dasar yang kuat. "Kenaikan kali ini didukung kinerja emiten di semester satu yang bagus," jelas dia, Rabu (27/7).

Kabar baik lain, indikator price to earning per growth (PEG) bursa di Indonesia masih rendah dibandingkan bursa sekawasan. PEG adalah rasio harga saham terhadap pertumbuhan laba emiten. Makin rendah rasio PEG suatu emiten berarti harga sahamnya masih di bawah harga wajarnya.

Alfatih menghitung, PEG Indonesia baru 0,6 kali. Artinya pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan pasar. "PEG Indonesia paling menarik," ujar Alfatih.

Alfatih membandingkan dengan PEG Korea dan Hongkong yang sebesar 0,8 kali. Sementara PEG Taiwan, Malaysia dan Filipina sudah mencapai 1 kali, dan PEG Singapura 1,5 kali. Tambah lagi, kini Indonesia sudah mendekati investment grade.

Tapi Pardomuan mengakui bahwa sebenarnya saat ini IHSG sudah termasuk overbought. Meski begitu, secara fundamental IHSG masih menarik. "Jadi sebaiknya jika investor sudah mengakumulasi dan sudah terjadi gain bisa diambil dulu sambil menunggu koreksi," tutur dia.

Pardomuan memprediksi IHSG bisa mencapai kisaran 4.500 di akhir tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar