Kamis, 28 Juli 2011

Tembaga melesat terpicu aksi mogok pekerja tambang Chili

JAKARTA. Harga tembaga melambung dalam dua hari berturut-turut. Banderol kontrak pengiriman tembaga untuk tiga bulan mendatang di London Metal Exchange, menembus US$ 9.859,75 per metrik ton, kemarin (27/7). Ini rekor harga tertinggi tembaga sejak 19 Juli lalu.

Satu pendorong harga tembaga pekan ini datang dari tambang terbesar batubara di Escondida, Chili. Pekerja di tambang yang dikelola BHP Biliton itu menggelar aksi mogok kerja selama lima hari berturut-turut.

Unjuk rasa itu merupakan buntut alotnya negosiasi antara pekerja dengan BHP Biliton. "Harga tembaga terus naik seiring pelemahan dollar Amerika Serikat (AS) dan kasus Chili," kata Hwang Il Doo, senior trader Korea Exchange Bank Futures seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

Ada beberapa faktor yang turut mendorong kenaikan harga tembaga. Harga tembaga semakin reli karena aksi mogok para pegawai pertambangan di Chili AS, selama lima hari berturut-turut. Dikutip dari berita Bloomberg, Rabu (27/7), pegawai perusahaan tambang terbesar di dunia, BHP Billiton Ltd,di tambang raksasa Escondida, mengadakan aksi mogok kerja dalam upaya pemcapaian kesepakatan antara serikat pekerja dengan pihak perusahaan.

"Aksi ini telah membuat perusahaan kehilangan outputnya sebesar 12 ribu ton.",kata Roberto Arriagada,union director BHP Billiton. Jika tragedi pemogokan ini terus berlanjut, otomatis akan memicu kekhawatiran koreksi yang berlanjut pada hasil produksi tembaga. yang mengganggu supply untuk komoditas ini.

Pelemahan dollar AS belakangan, ikut juga menggerakkan kenaikan harga tembaga. "Harga tembaga telah memanfaatkan momen pelemahan dollar, yang menarik minat para "pembeli asing".",kata Matthew Zeman,strategis Kingsview Financial di Chicago.

Meskipun, kemarin (27/7), kontrak harga tembaga untuk pegiriman 3 bulanan di LME sempat turun 0,1% ke US$ 9.814 per ton dari US$9.820 di hari sebelumnya. Penurunan ini, menurut Suluh Adil Wicaksono,analis Asia kapitalindo Futures disebabkan adanya spekulasi penurunan permintaan tembaga dari AS karena upaya pemangkasan defisit anggaran. "Tapi hal ini hanya koreksi sesaat.",lanjutnya KONTAN, Rabu (27/7).

Sebelum menjelang 2 Agustus ini, berbagai ancaman datang bertubi-tubi untuk Amerika. Dikutip dari berita Reuteurs, Rabu (27/7) tentang adanya kemungkinan AS akan terancam kehilangan peringkat top-notch kredit AAA dari setidaknya satu lembaga pemeringkat utama dunia, menurut jajak pendapat Reuters. Perdebatan plafon utang antara kedua kubu 2 partai besar AS, Demoktar dan Republik, telah semakin merusak perekonomian AS.

Suluh memprediksi tembaga masih bullish karena permintaan dari produsen elektronik masih tinggi. Selama krisis utang AS tidak berujung default, harga tembaga masih akan tinggi mengikuti permintaan terhadap barang elektronik di pasar dunia.

Membaiknya kondisi AS bisa menjadi sinyal terus melajunya proyek-proyek pembangunan ekonomi. "Tembaga di kuartal III-2011 bisa mencapai US$ 10.000 per metrik ton," tutur Suluh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar